Aha...! Point dan Hikmah Belajar Komunikasi Produktif
Ahad, 26 Nopember 2017
Salam semangat.. Semangat memantaskan diri sebagai istri, ibu, anak dan bagian dari suatu peradaban..
Menuliskan sesuatu yang sudah bergelayut di pikiran terasa *menarik* buat saya. Hhee.. edisi mau berubah π(sulit jadi menarik). Karena saya bukan seorang penulis ataupun pujangga. Tapi bersyukur, Alhamdulillah bisa belajar bersama para bunda pembelajar yang keren, tangguh, dan hebat di Institut Ibu Profesional. Salah satunya adalah teh Chika.. (inspiratif banget, duh saya bikin blog gara gara beliau ini), ada juga mbak Andhita (Fasilitator matrikulasi saya yang keren dengan taburan idenya). Kemudian ada Mbk Farda (ibu muda yang semangatnya bener- bener menjadi virus). Eiit masih banyak lagi loh bunda hebat yang lain. Kalau ditulisin satu per satu bisa nggak cukup wall blognya. Dan inspirator yang spesial banget adalah bunda Septi Peni Wulandani, terimakasih karena dengan ketulusan dan keberkahan ilmunya mau berbagi dengan kami semua.
Walaupun nyekeran (gak sendalan) namun bisa jalan bareng dengan yang sudah sepatuan keren itu rasanya.. bahagia banget. Sepertinya *tantangan* apapun pasti akan *bisa* dihadapi. Insyaa Allah.. Hii edisi mau berubah lagi nie π(masalah jadi tantangan) π(ganti kata tidak bisa menjadi bisa)
Belajar, belajar dan belajar lagi.. Proses belajar akan sangat menyenangkan bila niat, semangat dan tujuan hanya tertuju pada Allah.
Komunikasi Produktif merupakan jendela hati, proses menyampaikan pesan kepada si penerima yang menghasilkan manfaat pada kedua belah pihak. Artinya, pesan mampu disampaikan dan diterima dengan baik. Dan dari proses tersebut melahirkan sesuatu yang bermanfaat.
Komunikasi produktif dapat dicapai dengan beberapa cara. Cara ini dapat dianggap sebagai indikator atau bisa juga dikatakan sebagai prosedur.
Sebelum melakukan komunikasi produktif, ada baiknya kita memperhatikan hal hal berikut ini:
1. Kepada siapa kita berkomunikasi {diri sendiri? anak-anak? orang dewasa? (pasangan) (pegawai, teman, kerabat, orang lain) orang tua?}
πDalam keluarga inti, difokuskan berlatih komunikasi produktif terhadap diri sendiri, anak-anak dan pasangan.
2. Tujuan
Tujuan ini akan menjadi isi/ruh dari komunikasi produktif. Komunikasi produktif bisa saja menghasilkan lebih dari satu manfaat. Yaitu memberikan manfaat lain selain yang menjadi tujuan.
Contoh:
Tujuan komprod:
Menyampaikan pesan pada anak untuk *menyayangi adiknya dengan berkata-kata halus dan menyenangkan*.
Setelah komunikasi produktif berhasil, maka hasilnya, anak bukan hanya mampu berkata-kata halus pada adik, namun juga pada saudara saudara yang lain. Karena anak merasakan ada timbal balik dari adik. Adik jadi sayang dan suka pada kakak.
3. Kaidah dan Indikator
Pahami kaidah dan indikator komunikasi produktif.
πΈKomProd Diri sendiri
Pertahankan yang sudah baik, ubah pola komunikasi yang belum baik, perhatikan diksi agar menghasilkan output struktur berpikir yang baik sehingga memberi energi positif terhadap diri kita.
Mengevaluasi diri setiap saat dan membuat target pencapaian komunikasi. Sudah ada di level manakah kita?
1. Tahap anomi?
Belum ada tanda-tanda kita melakukan komunikasi sesuai indikator
2. Tahap heteronomi?
Baru melakukan tanda awal
3. Tahap sosionomi?
Sudah sesuai dengan indikator
4. Tahap autonomi?
Telah melampaui indikator
Buat saya, ini adalah tahap pencapaian yang supertition, melampaui kemampuan diri sendiri. Karena dalam tahap ini, berbagai tantangan dari dalam diri dapat ditaklukkan.
πΈKomProd dengan pasangan
Perhatikan FoE (Frame of Experience) dan FoR (Frame of Reference) masing-masing.
Jadikan FoE FoRku dan FoE FoRmu sebagai FoE FoRkita.
Memahami perbedaan otak laki-laki dan otak perempuan (oleh Dr. Aisyah Dahlan) membantu kita lebih mudah dalam melakukan komunikasi produktif terhadap pasangan. Cakep banget kata-kata pamungkas dari tulisan kajiannya: "Pasangan terbaik adalah pasangan yang terbalik"
Mantep nii buat saya pribadi dan pasangan. Satunya suka ngomong satunya suka denger.
Satunya aktif gerak, satunya manis lembam.
Satunya teliti, satunya seronok.
Satunya suka masak satunya suka makan
Satunya suka tantangan, satunya suka tenang
coba dua duanya suka yang sama..
Dua duanya suka ngomong. Siapa yang denger?
Dua duanya suka gerak, siapa yang mijitin kalau kecapean?
Dua duanya teliti, kapan ngerasain serunya nyari nyari sesuatu?
Dua duanya suka masak, siapa yang makan?
Dua duanya suka tantangan, kapan jantung bisa istirahat?
Nah, itu tuh yang buat saya tambah bersyukur. Alhamdulillah 99x
Kaidah KomProd dengan pasangan:
1. 2C Clear and Clarify
Bicara yang jelas dan mudah dimengerti
2. Choose The Right Time
3. Kaidah 7-38-55
Dalam berkomunikasi, gunakan semua amunisi. Perkuat dengan bahasa cinta yang sesuai.
7-38-55 maknanya adalah dalam komunikasi produktif, gunakan 7℅ kata kata, 38℅ intonasi dan 55℅ bahasa tubuh. Bahasa cinta yang sesuai dengan pasangan kita bisa dijadikan penguat KomProd. Misal do'i bahasa cintanya dengan kata-kata mendukung, boleh donk kita buatkan surat cinta yang spesial berisi kata-kata terbaik selain juga kata-kata yang keluar dari lisan kita.
Wah kalau yang ini niih.. paksu saya cuma bilang, iya suka sih dikirimi surat cinta. Tapi gak usah berharap dapat balasan ya. haha.. Karena do'i bahasa cintanya lewat sentuhan fisik. Sstt..
4. Intensity of Eye Contact
(Ini ada bahasan dalam kajian Dr. Aisyah Dahlan)
5. I'm responsible for my communication result
Hasil komunikasi merupakan tanggung jawab si pemberi pesan. Dari sini kita bisa belajar, namanya adalah pengalaman. Tahap kelima merupakan tahap yang telah melalui tahapan sebelumnya. Berarti komunikasi telah terjadi. Maka lihatlah respon/hasilnya. Bila tujuan belum tercapai, rubah strategi dan cara berkomunikasi kita.
Hari ini saya lalui point ini dengan suatu kegagalan namun berbuah pelajaran. Judulnya
*Balada Bawang Goreng*
Berawal dari irisan bawang merah. Pekan lalu, seorang kakak yang sedang sekolah di LN pulang berlibur ke kampung halaman. Saat akan kembali ke medan juang, saya berniat membawakan bekal bawang goreng. Karena kesibukan namun ingin memberi yang terbaik, maka saya minta bantuan pada seseorang yang biasanya sangat apik dalam merajang bawang.
S: Yu.. kalau sampean ada waktu, bisa tolong rajangi bawang saya?
Y: Iya dek, nanti saya rajangi.
S: Bisakah selesai sore atau malam?
Y: Bisa.
S: Wah, Alhamdulillah.. Terimakasih Yu
Demikian percakapan singkat kami. Dalam pikiran saya, Yu akan merajang seperti biasa, rajangan tangan yang rapi, dan akan dibawa ke tempat saya sore atau malam. Pagi sampai sore saya akan melakukan perjalanan belajar bersama anak-anak.
Sore saat tiba di rumah, agak kaget karena ternyata bawang merah sudah sejak siang diantar ke rumah. Dan oleh kerabat yang dekat dengan rumah, bawangnya langsung direndam dengan maksud agar tidak menghitam. Padahal bila direndam, bawangnya jadi hilang rasa. Lebih baik bila langsung disimpan dalam kulkas dengan posisi wadah tertutup atau diberi garam agar tidak menghitam. Rajangannya juga saya hafal, bukan rajangan tangan. Melainkan hasil rajangan mesin iris/rajang bawang, halus sekali.
Crriiing.. baru sadar, ada yang kurang dari komunikasi saya pagi tadi bersama Yu. Saya tidak menjelaskan kenapa minta dibawa sore atau malam. Alasan kenapa minta bantuan padanya (karena bisa merajang dengan tangan dan hasilnya rapi) Kalau pakai mesin, saya juga bisa. Ada mesinnya di rumah.
Nah.. cerita di atas, sudah masuk tahap kelima. Dari pengalaman tersebut saya bisa belajar. Faktor yang harus saya perbaiki agar komunikasi produktif tercapai adalah memahami dengan siapa saya berkomunikasi, tujuan saya apa, dan bagaimana strateginya.
Ada lagi point yang harus diperhatikan dalam komunikasi dengan pasangan, yaitu
❤Suatu bagian dari kepribadian pelaku komunikasi. Ada tiga jenis ego yang dapat muncul dari setiap pelaku komunikasi, yaitu:
1. Ego sebagai orang tua (eksteropsikis)
Nurturing Parent
Critical Parent
2. Ego sebagai anak-anak (arkeopsikis)
Natural Child
Adapted Child
3. Ego sebagai orang dewasa (neopsikis)
❤Transaksional komunikasi
1. Transaksi komplementer
2. Transaksi silang
3. Transaksi tersembunyi
πΈ KomProd dengan anak anak
Nah inilah Pe-eR terbesar saya dalam membersamai kelima anak dengan keunikan dan bahasa cinta yang berbeda.
Setiap anak meberikan kenangan tersendiri dalam tumpukan kisah kehidupan yang pernah saya lalui.
πΎCerita 1
Ulwan..
Kerap kali ketika abinya akan berangkat ke Bali untuk bertugas, putra kembar kami ini terlihat paling bersedih. Beberapa hari sebelum berangkat, ia sudah tampak gelisah. Sebelum belajar tentang komunikasi produktif, saya belum menyadari bahwa putra saya ini peka terhadap kata-kata. Ia gemar meminta tanggapan mengenai hasil kegiatannya.
"Umi, coba lihat.. pohon-pohonnya uda disiram, halamannya uda disapu. Piringnya uda bersih kan ya? Wan yang ngerjain. Hari ini sudah lebih bagus ya mi?"
"Alhamdulillah nak.. kamu bisa berbangga dengan yang telah kamu kerjakan. Umi pun jadi senang dan ikut merasakan kebanggaanmu. Hari ini kamu bisa menyelesaikan sebuah tanggung jawab dengan baik. Terimakasih ya nak karena sudah membantu umi. Tentu abimu akan merasa bangga dengan apa yang sudah kamu lakukan." Senyum termanis dan pancaran mata bahagia saya curahkan padanya.
Sepanjang perjalanan abinya, Wan bolak/i meminjam hape buat chat dengan abinya. Saat saat seperti ini, saya berikan kesempatan pada anak-anak berkomunikasi denagan hape pada abinya. Entah apa saja yang diobrolkan. Terkadang, chatnya Wan hapus sebelum saya tau isinya. Kenapa ya? Wah rahasiaan ini sama abinya. Hmm.. Saya pun mengatakan pada abinya, kalau chatnya dihapus2. Ada apa? Abinya menjawab, chatnya berisi kata-kata harapan Wan pada abinya. Wan juga meminta abinya untuk memeriksa tasnya sampai di Bali. Ternyata dalam tasnya tetaelip surat buat abi dari Ulwan. Wow baru kami sadar, anak kami senang dengan kata-kata. Isi suratnya tentang pesan, ungkapan cinta, rindu dan sayang serta penantian Wan untuk pertemuan berikutnya dengan sang abi.
πΎcerita 2
Faiq..
Putra kembar yang ini paling membuat saya penasaran. Karakternya kuat, pengatur, banyak ide, kreatif, cerdas dan teguh pendirian. Saya merasakan tantangan besar dalam berkomunikasi dengannya. Seperti berkaca pada diri sendiri. Dulu nada bicara saya keras dan lantang (kalau dibandingin dengan halusnya orang Jawa). Marah nggak marah, ngomong biasa saja suaranya keras. Sudah biasa dalam lingkungan daerah saya, tempat saya dilahirkan. Sama seperti beberapa daerah lain di Indonesia, kedengarannya keras tapi mengandung cinta dan kehangatan. Tempat tinggal kami kini berbeda dengan yang dulu sehingga berlakulah hukum "Dimana bumi dipijak, di sana langit dijunjung."
Barangkali kebiasaan yang dulu sukses dikopi oleh Faiq, menarik sekali untuk bisa mengajak Faiq menikmati sensasi bicara halus dan lembut.
Saat Faiq mengingatkan adik-adiknya ini itu, kerap kali dengan intonasi tinggi. Kemudian saya akan berkata "Faiq... " Ia pun menurunkan nada sedikit. Demikian diulang lagi pada kesempatan yang lain. Hingga di suatu Subuh yang syahdu. Kami pun berbicara dengan penuh cinta. Saya pandang matanya yang penuh ekspresi, mata ini kadang membuat adik adiknya tertawa dan kadang membuat menangis. Bibirnya pun demikian. Sambil mengelus rambutnya yang sedikit kaku.
"Nak, umi dan abi sangat sayang padamu. Kami ingin membawamu dan adik-adik ke surga Allah dengan kehalusan ahklaq kita. Umi minta maaf bila selama ini tidak bisa memberi teladan yang baik padamu dan adik-adik dalam berbicara. Percayalah nak, umi akan berusaha memperbaiki diri setiap hari. Bukankah Allah sangat mencintai hambanya yang mau berubah untuk menjadi lebih baik? Maukah dek Iq membantu umi? Kita melakukan perubahan bersama. Kalau kita berhasil melakukannya, dek Iq dan umi akan bangga, adik-adik akan tambah sayang pada kita. Apalagi abi, tentu akan merasa bahagia karena semua perjuangan kita bisa membuahkan hasil. Abi merelakan waktu bersama dengan istri dan anak-anaknya untuk menjemput rejeki Allah di tempat yang jauh, terpisah dengan kita berbulan bulan lamanya. Semua dilaluinya dengan ikhlas. Kalau kangen kita, abi cuma bisa telpon dan video call, hanya memandang foto dan mendengar suara kita tanpa bisa memeluk dan mendengarkan debaran jantung kita yang penuh bahagia. Abi tak pernah berhitung menyampaikan semua rejeki yang ia dapat dari Allah kepada kita. Umi tak ingin mengecewakan abi, umi akan merawat dan membimbing anak-anak sebaik-baiknya. Umi ingin membuat anak-anak bangga pada dirinya sendiri. Perjuanganmu dan adik-adik juga sangat hebat. Kalian bisa berprestasi di sekolah, bisa banyak membantu umi di rumah, bisa bikin kreatifitas yang luar biasa keren. Ingat nggak dek Iq berhasil bikin perahu mainan dari mesin bekas, bisa perbaiki peralatan elektronik kita yang rusak. Bisa bikin saluran got yang tak terpikirkan sebelumnya oleh umi, bisa bikin kreasi masakan sempol yang enak. Hmm.. umi bangga sekali sama Faiq. (Air mata Faiq pun jatuh membasahi pipinya). Lalu ia berkata, "Dek Iq ingin berubah, lebih halus." (Hanya kalimat itu yang keluar dari isak tangisnya. Setelah itu, saya peluk tanpa kata-kata sambil berdo'a dalam hati. Semua harapan indah untuknya ada dalam do'a saaya). Hari berlalu, walau tak langsung berubah 100℅, namun semakin ke sini, cara bicara Faiq semakin santun. Ia pun membeli sebuah buku tentang manajemen emosi. Ia tunjukkan pada saya sambil teraenyum. "Dek Iq beli buku ini mi, supaya bisa lebih baik." Alhamdulillah, saya pun menjawabnya dengan senyuman.
πΎcerita 3
Indy..
Gadis cilik kami ini bahasa cintanya adalah sentuhan fisik. Paling cocok jika si abi yang menanganinya di saat sedang galau. Tapi karena abi tak ada di dekat kami, maka saya pun harus belajar. Suatu subuh, seperti biasa suasana rumah akan ramai, macam-macam ekspresi anak ketika dibangunkan pada waktu subuh. Ada yang langsung bangun, setelah do'a, mata terpejam jalan ke kamar mandi sambil sempoyongan. Ada yang dibangunkan dan senyam senyum, mata merem sambil leyeh-leyeh dulu. Ada lagi yang bangun sambil bibirnya mancung menuju kamar mandi. Ada yang gak dibanguni uda siap siap sholat. Dan.. seringnya yang telat bangun ya si gadis kecil ini. Kalau sudah begini, Faiq akan menjadi orang nomer satu yang akan membangunkan Indy. Wah.. dengan gaya Faiq, Indy malah akan sulit dibangunkan. Walau badannya sudah duduk, tapi tak kunjung bangkit. Dia akan duduk mematung, saat seperti inilah sentuhan bahasa cinta akan sangat jitu. "Nak, ayo ke kamar mandi, ambil wudu dan segera sholat." sambil dicium, dibantu mengikat rambutnya yang panjang, dan juga dipeluk.
Indy pun akan membalas dengan cara memeluk dan segera berangkat ke kamar mandi.
πΎcerita 4
Nayief...
Saat Nayief kami menjalani Toilet Training, kerap kali saya dan anak yang lain diuji kesabarannya. Hee saat Nay pup atau pipis di celana, membuat saudara-saudaranya sedikit repot. Karena kebagian tugas mengepel dan lainnya. Latihan tidak pakai popok malam hanya sebentar. Sekitar sepekan sudah beres. Tantangannya itu pada saat Nay sedang beraktifitas yang sangat menyenangkan baginya. Biasanya ia enggan ke kamar mandi. Hmm.. hingga dalam suatu kesempatan, saya mengajaknya ngobrol dan bercerita tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan. Allah suka yang bersih dan harum. Saya sampaikan bagaimana caranya bisa berubah supaya gak pup di celana. Nay terlihat mendengarkan dengan serius.
Namun, di saat ia mengulang kembali pup di celana, saya bertanya padanya, "Nay ingin berubah?" "Iya kepingin." "Tau caranya berubah?" "Nggak" Hihi.. berarti saat bercerita waktu itu, Nay belum faham atau sudah lupa. Yang jelas, ada yang kurang dari komunikasi saya dengannya. Mungkin karena suasana kurang pas atau karena kalimat saya tidak bisa dimengerti. Mestinya saya ngobrol saat suasana santai sehingga informasi bisa Nay terima dengan baik. Lalu, saya pun memeluk Nay, dan mulai mengatakan apa saja yang bisa dilakukan untuk berubah. "Pertama, pas mau pup perutnya sakit apa nggak?" "sakit"
"Nah kalau uda sakit, namanya mules nak. Nay harus cepet cepet ke kamar mandi.
Kalau kayak gitu, Nay bisa kan?" "Bisa"
"Tinggalin dulu semua yang sedang dikerjain. Misal lagi main, makan, gambar, ngobrol-ngobrol."
"Nggak papa kan ninggalin sebentar aja?" "Iya"
"Nanti kalau uda selesai pup, bisa dilanjutin kegiatannya." "He e"
"Sampai kamar mandi, pup terus disiram. Nay bisa kan siram pupnya?" "Bisa"
"Habis itu cebok yang bersih. Jangan lupa pake?" "Sabun" (Nay menjawab)
"Terus kalau ada umi, kakak atau abang, Nay bisa minta tolong supaya diliatin. Uda bersih atau belumnya. Oke?" "Iya. Kalau nggak ada orang gimana?" Nay bertanya. "Kalau nggak ada orang, gak apa Nay bisa kok pup sendiri. Umi yakin sekali pasti bisa. Tiap hari aja bisa mandi sendiri kan?" "Iya" "Sekarang Nay uda tau cara berubah?" "Uda" "Gimana coba caranya?" Nay pun mengulangi lagi apa yang saya katakan dengan bahasanya sendiri. Setelah hari itu, semakin ke sini semakin berhasil TOT Nay. Good Job Nak!
πΎCerita 5
Zed..
Putra kelima kami ini luar biasa, kemampuan komunikasi dan negosiasinya bagus. Apa yang kami obrolkan mudah sekali ia fahami. Saat malam ia terbangun minta dibuatkan susu, saya segera ke dapur. Sebelumnya berpesan pada Zed, "Zed mau minum susu?" Iya. "Tunggu sebentar nak, umi buatin dulu." He Ee. Walau agak lama, Zed tak pernah menangis. Ia akan memunggu. Saat saya tiba dengan susunya, Zed akan langsung bangun dan segera duduk tanpa bantuan. Minum susu sambil ucap bismillah, selesai langsung tersenyum dan lanjut tidur. Zed suka semua bahasa cinta. Kata kata mendukung, sentuhan fisik, hadiah, waktu bersama dan pelayanan. Zed sangat teguh pendirian, suatu hari saat ia belum mau pulang ke rumah dari toko, saya memaksanya. Hasilnya, tiba di rumah, Zed langsung keluar sambil menangis berjalan menuju arah toko. Saya membuntuti dari belakang. Saat ia menoleh, saya sembunyi di balik pohon. Tiba di pertengahan jalan, Zed berpikir melanjutkan perjalanan atau tidak. Dan ia putuskan untuk kembali pulang. Tiba di depan rumah, ia tak mau masuk. Dalam situasi seperti itu, negosiasi dan pilihan banyak saya utarakan. Intinya tetap, tak mau pulang. Balik ke toko. Saya putuskan membiarkan Zed menangis untuk menyalurkan rasa sedihnya. Hingga ia lelah dan menyetujui pilihan yang saya berikan. Masuk ke rumah, digendong umi, bobok di kasur.
Demikianlah Jurnal Belajar level Komunikasi Produktif ini, semua yang telah terjadi adalah pengalaman yang sangat berharga. Semoga bisa lebih baik lagi. Aamiin
Sumber:
Materi, cemilan, pengalaman T10 Komunikasi Produktif BunSayBatch#1 MR. JatSela
Review Materi 1.1, 1.2, 1.3 dan Cemilan BunSayKordiBatch#3
#BunSayIIPKordiBatch3
#Level1
#KomProd
#AhaPointDanHikmah
0 Komentar