Mengapa Umi Tak Sekuat Abi dalam Menyetir Mobil?

Kamis, 18 Januari 2018

Kalimat itu muncul spontan dari bibir manis Nayief saat kami sedang di dalam mobil dari kota Lamongan menuju rumah di kampung. Namun bukan tanpa alasan pertanyaan spontanitas diucapkan. Awalnya kami membahas rencana akan ke Jogja pekan depan. Ada acara keluarga yang cukup penting. 

Tapi sayang abinya anak-anak di luar pulau tak bisa ikut serta. Jika membawa supir, maka saya akan merasa risih. Mengingat bepergian jauh perlu keleluasaan (sebisa mungkin bersama orang yang semuhrim). Selain itu mobil juga akan penuh. Akhirnya setelah mempertimbangkan a-z diputuskan untuk menyetir sendiri. Dengan catatan akan mampir2 untuk rehat di beberapa kota. 

Saat Nayief mendengar bahwa perjalanan yang tak terlalu panjang bila dibandingkan ke Bali, ia pun bertanya kenapa uminya tak sekuat Abi dalam menyetir? Ia pun bertanya, apa umi capek nyetir? Nyetir itu enak apa nggak? Agak berfikir untuk menjawab pertanyaannya. Saya pun memilih menjawab ya lumayan capek sih nyetir itu. Nayief berkomentar lagi. Loh, tapi kan enak mi? Oh.. enaknya dimana nak? Kan kalau capek dapat pahala? Karena udah nganterin anaknya, udah kerja kulakan. (Hihi.. Zong deh saya. Lupa kalau dulu pernah menjelaskan hal itu pada Nayief) Saya pun menjawab dengan gembira. Haa.. iya betul sekali nak. Nyetir itu enak. Bisa dapat pahala ya.. Hebat anak laki-laki umi sudah pandai berpikir bahwa pekerjaan dengan tujuan yang baik, walau lelah akan menyenangkan karena Allah akan membalasnya dengan pahala.

Kemudian mulailah anak2 berdiskusi.  Nayief pun mendengar diskusi kami yang membahas tentang beberapa keistimewaan laki-laki dan perempuan yang telah diberikan oleh Allah agar dapat disyukuri. Salah satunya adalah laki-laki diberi fisik yang lebih kuat dibanding wanita, dadanya bidang, pundaknya besar karena ia akan memikul tanggung jawab keluarga. 

Selesai membahas itu, Nayief bertanya lagi tentang mencari nafkah. Kenapa kok Abi ngasih uang umi untuk keperluan sehari-hari? Padahal umi juga bekerja ngurus toko. Abang dan kakak ikut menjawab, bahwa Abi punya tanggung jawab menafkahi keluarga. Sedangkan umi bertanggung  jawab mengurus keluarga. Termasuk di dalamnya mengatur nafkah atau uang yang diberikan Abi untuk mencukupi keperluan anak-anak dan istrinya. Dari obrolan ringan hari ini, kami belajar tanggung jawab laki-laki dan perempuan sesuai fitrah Allah.



#Tantangan10Hari
#Level11
#KuliahBunSayIIP
#MembangkitkanFitrahSeksualitasAnak