Ahad, 3 Desember 2017
Hari ini saat menyetir mobil, saya menemukan stasiun radio yang memutar acara drama radio. Haha.. jadi ingat waktu kecil, sukaa banget denger serial drama. Kalau malam, suka cari gelombang radio tertentu yang lagi muterin drama. Hihi.. padahal paginya uda denger serial yang sama. Volume saya kecilin biar nggak ganggu anggota keluarga yang lain. Sensasinya beda dengan nonton tv, tak ada gambar ilustrasi apapun. Yang ada ilustrasi berbentuk kalimat. Justru itu yang bikin imajinasi berkelana tanpa batas.
Judul dramanya masih ingat ingat dikit. Favorit saya "Ibuku malang ibuku tersayang" ini cerita keluarga yang sangat menarik di zamannya. Ada lagi serial "Brama Kumbara" "Mantili si Pedang Setan" "Misteri Gunung Merapi" "Arya Kamandanu" Haha.. sepertinya itu nama tokoh2nya. Entahlah..
Beberapa tahun kemudian, muncullah drama tersebut dalam kemasan film. Buat saya pribadi tak semenarik drama radionya. Ah.. kalah dengan imajinasi yang muncul saat mendengarkan.
Hari ini hari kedua anak2 UAS. Aslinya kepingin corat coret bikin gambar untuk dongeng, haa.. tapi biasanya saya suka kebablasan waktu kalau disuru corat coret. Kuatir anak gak keurus.
Yang paling semangat minta diceritain si Zed. Tapi Zed paling suka kisah domba pemakan daging. Hikmah dari cerita itu adalah "syukur". Jadi setiap saya mendongeng, saat Zed mulai hilang konsentrasi, Zed minta diceritain domba.. Yang lain jadi gemes. Domba lagi.. domba lagi. haha
Pulang kulak, kami makan siang bersama dan family time ini diisi dengan aliran rasa anak-anak. Mereka bercerita tentang pengalaman tesnya di sekolah. Setelah itu saya pun mendongeng. Judulnya adalah..
"Aku Pasti Bisa"
Pada zaman dahulu.. hiduplah sepasang kakek dan nenek di pinggir hutan. Hutan ini terkenal angker. Pohon-pohonnya sangat besar, ada yang umurnya sampai ratusan tahun. Sudah banyak pengembara yang kembali pulang karena merasa tak mampu menaklukkan ganasnya hutan.
Hingga di sore yang dingin..Seseorang mengetuk rumah sang kakek. "Tok tok tok.. Assalammu'alaikum.. Ada orang di dalam?""Wa'alaikummussalam.w.w. Tunggu sebentar." Pintu pun dibuka. "Ada apa nak? Siapa kau ini dan hendak kemana?"
"Kakek.. aku adalah seorang pengembara yang sedang mencari ayah dan ibuku. Sudah dua hari ini kami terpisah. Terakhir kali kami berpisah di sebuah jembatan tiga kilometer jauhnya dari rumahmu ini."
"Mengapa kalian sampai terpisah?" "Begini ceritanya kek. Aku berangkat bertiga dari rumah untuk mengembara mencari pengalaman hidup. Di rumah, hidupku sangat nyaman. Apapun yang kuinginkan, selalu dipenuhi oleh kedua orangtuaku. Tak pernah kurasakan sulitnya hidup. Hingga mereka mengatakan bahwa sebentar lagi usiaku cukup untuk mempunyai pendamping hidup. Namun, aku harus banyak belajar supaya siap memimpin keluargaku kelak. Kami pun memutuskan untuk mengembara dan menaklukkan hutan angker ini. Namun entah mengapa, kedua orangtuaku meninggalkanku di jembatan itu. Ia hanya berpesan agar aku mengikuti arah matahari bila mereka belum kembali. Hingga tibalah aku di sini."
Kakek dan nenek mengangguk anggukkan kepalanya seraya meminta pengembara tersebut bermalam di rumahnya. Keesokan hari, sang pengembara masuk ke hutan dengan tekat yang kuat untuk menaklukkan rimba.
Langkah kaki pertamanya sangat mantap. Namun saat tiba di muka hutan, jantungnya berdebar kencang. Serasa ada harimau yang menunggunya di depan sana. Keringat dinginpun mengalir di kening dan lehernya. Ia tak mau berpikir macam-macam. Pengembara ini melanjutkan langkahnya. Kanan kirinya ditumbuhi pohon yang sangat tinggi. Semak belukar penuh duri mencabik cabik kakinya. Rasanya tak sanggup lagi untuk melangkah. Ia pun terduduk lemas. Rasa hawatir menggelayut di hatinya. Maju atau mundur.. Suara burung gagak di kejauhan membuat bulu kuduknya merinding.
Saat ketakutan menyelimuti, ia ingat bahwa ada yang selalu melihat dan pasti bisa menolongnya. Dialah Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Besar. Dia pemilik hutan ini.
Dan.. perjalanan itu berakhir pada sebuah danau yang sangat indah. Airnya jernih lagi banyak ikannya. Mendung berjalan menjauhi langit."Subhanalllah.. apa aku bermimpi?" ia mengusap matanya, dilihatnya ayah dan ibunya duduk di sebuah gubuk yang sangat indah. Berdinding batu pualam dikelilingi bunga mawar, bunga melati, bunga anggrek dan bunga lavender. Pemandangan yang sangat indah dengan aroma semerbak memanjakan indera. Mereka tersenyum dan malambaikan tangan. Pengembara itu segera mendekati kedua orangtuanya dan disambut dengan pelukan hangat.
"Ayah, ibu.. aku merasa takut namun juga bahagia. Perjalanan ini begitu mencekam. Tapi akhirnya aku merasa senang. Tak kusangka ada tempat seindah ini di hutan yang sungguh angker. Kenapa para pengembara itu kembali ke luar hutan? Tak adakah yang sampai di sini? Dan kenapa ayah ibu bisa sampai di sini?"
"Nak, sesungguhnya tempat ini dimiliki oleh setiap orang. Hanya saja, tak semua orang bisa berada di sini. Karena untuk mencapainya harus melalui jalan yang penuh dengan tantangan dan rintangan. Selamat sayank.. kau sudah berhasil. Do'a ayah dan ibu selalu menyertai langkahmu.
Demikianlah dongeng hari ini. Wah kepanjangan ya.. Mohon maaf dan semoga bermanfaat.
#Tantangan10Hari
#Level10
#KuliahBunSayIIP
#GrabYourImagination
Hingga di sore yang dingin..Seseorang mengetuk rumah sang kakek. "Tok tok tok.. Assalammu'alaikum.. Ada orang di dalam?""Wa'alaikummussalam.w.w. Tunggu sebentar." Pintu pun dibuka. "Ada apa nak? Siapa kau ini dan hendak kemana?"
"Kakek.. aku adalah seorang pengembara yang sedang mencari ayah dan ibuku. Sudah dua hari ini kami terpisah. Terakhir kali kami berpisah di sebuah jembatan tiga kilometer jauhnya dari rumahmu ini."
"Mengapa kalian sampai terpisah?" "Begini ceritanya kek. Aku berangkat bertiga dari rumah untuk mengembara mencari pengalaman hidup. Di rumah, hidupku sangat nyaman. Apapun yang kuinginkan, selalu dipenuhi oleh kedua orangtuaku. Tak pernah kurasakan sulitnya hidup. Hingga mereka mengatakan bahwa sebentar lagi usiaku cukup untuk mempunyai pendamping hidup. Namun, aku harus banyak belajar supaya siap memimpin keluargaku kelak. Kami pun memutuskan untuk mengembara dan menaklukkan hutan angker ini. Namun entah mengapa, kedua orangtuaku meninggalkanku di jembatan itu. Ia hanya berpesan agar aku mengikuti arah matahari bila mereka belum kembali. Hingga tibalah aku di sini."
Kakek dan nenek mengangguk anggukkan kepalanya seraya meminta pengembara tersebut bermalam di rumahnya. Keesokan hari, sang pengembara masuk ke hutan dengan tekat yang kuat untuk menaklukkan rimba.
Langkah kaki pertamanya sangat mantap. Namun saat tiba di muka hutan, jantungnya berdebar kencang. Serasa ada harimau yang menunggunya di depan sana. Keringat dinginpun mengalir di kening dan lehernya. Ia tak mau berpikir macam-macam. Pengembara ini melanjutkan langkahnya. Kanan kirinya ditumbuhi pohon yang sangat tinggi. Semak belukar penuh duri mencabik cabik kakinya. Rasanya tak sanggup lagi untuk melangkah. Ia pun terduduk lemas. Rasa hawatir menggelayut di hatinya. Maju atau mundur.. Suara burung gagak di kejauhan membuat bulu kuduknya merinding.
Saat ketakutan menyelimuti, ia ingat bahwa ada yang selalu melihat dan pasti bisa menolongnya. Dialah Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Besar. Dia pemilik hutan ini.
Pengembara pun memohon, "Ya Allah.. tolonglah hamba." Kemudian ia melanjutkan langkahnya.
Dan... di depan matanya terlihat jalan setapak yang panjang. Namun, banyak ular yang berlalu lalang. Dengan gemetar ia pun melangkah. Lututnya terasa kaku, badannya lemas dan darahnya seperti berhenti mengalir. Ia mengatur nafas dan kembali memohon kepada Allah. Kemudian, ada aliran tenaga yang sangat besar muncul menepis rasa lemahnya. Aliran itu adalah semangat dan niat yang bersemayam dalam dirinya. Sang pengembara segera melangkah menyingkirkan ular-ular itu dengan pedang yang ia bawa. Langit mulai redup, mendung datang, rasa takut kembali menyelimuti. Jalan mulai berliku, naik turun dan sangat menakutkan. Dalam keputusasaan, ia mendengar gemericik air di ujung jalan. Tak menunggu lama, ia pun berlari sekencangnya. Kakinya pun tersangkut akar pohon hingga ia terjatuh. Dengan terseok pengembara melanjutkan perjalanan.
Dan.. perjalanan itu berakhir pada sebuah danau yang sangat indah. Airnya jernih lagi banyak ikannya. Mendung berjalan menjauhi langit."Subhanalllah.. apa aku bermimpi?" ia mengusap matanya, dilihatnya ayah dan ibunya duduk di sebuah gubuk yang sangat indah. Berdinding batu pualam dikelilingi bunga mawar, bunga melati, bunga anggrek dan bunga lavender. Pemandangan yang sangat indah dengan aroma semerbak memanjakan indera. Mereka tersenyum dan malambaikan tangan. Pengembara itu segera mendekati kedua orangtuanya dan disambut dengan pelukan hangat.
"Ayah, ibu.. aku merasa takut namun juga bahagia. Perjalanan ini begitu mencekam. Tapi akhirnya aku merasa senang. Tak kusangka ada tempat seindah ini di hutan yang sungguh angker. Kenapa para pengembara itu kembali ke luar hutan? Tak adakah yang sampai di sini? Dan kenapa ayah ibu bisa sampai di sini?"
"Nak, sesungguhnya tempat ini dimiliki oleh setiap orang. Hanya saja, tak semua orang bisa berada di sini. Karena untuk mencapainya harus melalui jalan yang penuh dengan tantangan dan rintangan. Selamat sayank.. kau sudah berhasil. Do'a ayah dan ibu selalu menyertai langkahmu.
Demikianlah dongeng hari ini. Wah kepanjangan ya.. Mohon maaf dan semoga bermanfaat.
#Tantangan10Hari
#Level10
#KuliahBunSayIIP
#GrabYourImagination
0 Komentar