Game Level 10 Hari VII Membangun Karakter Anak dengan Mendongeng

Rabu, 6 Desember 2017

Siang dengan sinar yang begitu menyengat membuat kepala sedikit pusing. Namun, bukan menjadi alasan untuk duduk bermalas malasan. Karena ada banyak hal yang bisa dikerjakan. Hanya butuh waktu 10 menit untuk membaringkan tubuh. Rasanya sudah alhamdulillah.

Anak-anak pun terlihat lelah. Menanti saya masak hingga azan dzuhur selesai. Seperti biasa, jadwal dongeng menunggu dibuka.

Dongeng apa ya? Berpikir keras menemukan ide cerita. Ngeliat lalat muter muter kok ya kepikiran lalat..

I: Cerita apa mi sekarang?
U: Cerita lalat
Z: Monyet mi..
U: Monyetnya nanti malam ya. Sekarang lalat dulu
Z: Monyet..
U: Hihi.. sini umi gendong dulu. (Gendong Zed sambil berbisik.. ) Kalau sudah denger cerita lalat, Zed umi ajak nangkap lalat pake plastik. Seruu loh. Mau nggak Zed?
Z: Hee Ee..

"Lalat Pusing"
Suatu hari.. Pak Raden dan cucunya sedang membersihkan rumah mereka yang baru selesai digunakan untuk syukuran. Berantakan dan sampah berserakan. Sedih hati pak Raden melihat keadaan seperti itu.
Hal yang sama juga dirasakan oleh lalat-lalat yang berterbangan. Diantaranya adalah seekor lalat kecil bernama Lili dan lalat bertubuh besar bernama Lala

Lala: Manusia ini sungguh aneh. Sukanya hanya menghabiskan makanan. Tapi tak suka membersihkan sampahnya.
Lili: Rejeki bagi kita La.. Kita ini memang baik. Mau juga makan sampah sisa manusia. Haha..
Lala: Bagaimana lagi, itu yang ada wajib disukuri. Kalau ada yang fresh.. kita mau banget.. Hihi
Lala dan Lili dengan riangnya hinggap di sana sini mencicipi semua sisa hidangan. Berselancar dari meja satu ke meja yang lain. Dan.. tibalah mereka di sebuah meja dengan aneka hidangan yang lezat..
Lala: Wah, ada rejeki besar Li.. Ayam goreng, sayur urap, telur dadar, ikan asin, balado tempe.. Semua tak bertutup. Rejeki... rejeki.. Engkau tak lari kemana.
Lili: Tunggu apa lagi? Mari kita nikmati..
Sriing.. sriing.. sriing.. Lala dan Lili hinggap di piring oval, hinggap di piring bundar, hinggap di mangkuk besar. Daaannn.. Owh, apa ini?
Lala:  Li.. kita terperangkap. Bagaimana caranya kita bisa keluar?

Pak Raden menutup semua piring dengan penutup makanan. Namun tak dilihatnya ada dua ekor lalat masih terjebak dalam kurungan saji.

Lili: Lala.. tolong keluarkan aku.
Lala: Aku juga tidak bisa keluar Li.. Ayo kita terbang mencari jalan keluar.

Lala dan Lili berputar putar di dalam tutup saji. Mereka terbang sekencang kencangnya hingga badannya lemas. Lala dan Lili tersungkur dalam makanan. Badan Lala berlumur sambal sedangkan Lili tersungkur dalam genangan minyak ayam goreng.

Di luar tutup saji ada dua ekor cicak yang mengamati Lala dan Lili sejak tadi. Mereka berbincang tentang malangnya nasib dua ekor lalat yang bersahabat itu.
Cicak ngiler: Cakmel.. kenapa kok lalat itu sampai tersungkur? Kenapa ia tak bisa lolos dari sangkar?
Cicak Meler: Iya, mereka kurang kreatif. Coba lihat semut-semut itu! Mereka pandai mencari jalan keluar. Semua cara mereka tempuh. Ranjau kapur semutpun berhasil dilewati. Mereka rela berkorban. Lihat.. semut pembuka jalan gugur. Namun jasadnya menjadi jembatan bagi yang lain untuk menyeberangi ranjau.
Cicak Ngiler: Iya ya, aku salut pada semut semut itu. Mereka kreatif dan berdaya juang tinggi.

Demikianlah.. akhirnya Lala dan Lili gugur dalam tudung saji. Semut asik menggotong sisa makanan dan cicak sigap menanti mangsa.

Pesan yang dapat diambil dari dongeng di atas adalah Untuk menjadi sukses, manusia perlu menggunakan cara cara yang kreatif. Tidak hanya dengan satu cara saja, karena bila satu cara tak berhasil, maka akan ada kemungkinan keberhasilan dengan cara yang lain.

Cukup dulu dongeng hari ini. Semoga bermanfaat.

#Tantangan10Hari
#Level10
#KuliahBunSayIIP
#GrabYourImagination