Aktifitas Sesuai Fitrah Seksualitas
Senin, 15 Januari 2018
Hari ini anak-anak beraktivitas seperti biasa. Namun ada yang menarik untuk diperhatikan. Sejak menempati kamar barunya, seolah tak ada waktu untuk berdiam diri. Ada saja yang dilakukan oleh Ulwan dan Faiq. Hari ini di kamar mereka ada aquarium baru. Ukurannya medium. Warnanya hijau. Dan tak tampak lagi aquarium kecilnya yang beberapa hari lalu menempati meja belajar di dalam kamar.
Sebuah gabus ukuran kecil ditempel di dinding kamar. Rupanya untuk menempel pengumuman dan jadwal pelajaran. Yang menarik adalah warna yang digunakan untuk menutupi gabus bekas itu agar tampak lebih baru. Warnanya ungu. Sontak saja membuat Indy berkomentar. "Bang, warnanya kok ungu sih? Kayak cewek aja."
Ulwan dan Faiq lantas tertawa dan menjawab, "Haha.. ini yang ada. Punya umi yang tersisa di rak hantarannya hanya warna ungu. Ya gak apa dipakai aja, supaya gak ngabisin uang buat beli yang baru. Toh masang kertas warna ungu gak bikin orang jadi cewek."
"Oh, iya iya, gak apa. Tapi nanti kalau Abang punya yang baru, kertas ungunya kasi Indy ya.." " Iyalah gampang itu," jawab Faiq.
Setelah asik menata kamar, Nayief, Indy dan Zed asik bermain di dalam kamar.
N: "Zed, ayo kita main mobil-mobilan."
Z: "Zed mau main sepeda."
I: "Kakak mau main boneka. Siapa mau ikut?"
N: "Ayi mau main mobil-mobilan dulu kak. Kakak main boneka aja dulu. Nanti mobilnya datang. Ayi jadi pak polisi ya.
Z: Zed jugak mau jadi pak polisi naik sepeda."
Mereka pun asik bermain kemudian dua orang teman Nayief datang ingin bermain bersama. Yang perempuan langsung bergabung bersama Indy, sedangkan yang laki-laki bermain bersama Nayief.
Dari percakapan mereka terdengar bahwa acara bermain itu sangat menyenangkan. Terkadang tak memandang mainan itu mainan perempuan atau laki-laki. Dalam hal ini saya sepakat bahwa mengkotak-kotakkan jenis permainan anak sesuai gender adalah hal yang telah berlaku di dalam masyarakat kita. Hak setiap orang tua untuk membatasi permainan anak sesuai dengan pola pikir yang diyakini sebagai suatu kebenaran.
Namun buat saya pribadi, yang lebih utama adalah membuat anak memahami dengan benar identitas dirinya, *saya lelaki* atau *saya perempuan* daripada membatasi macam permainan mereka yang harus sesuai dengan pola pikir yang sudah ada di masyarakat. Karena menurut saya, dengan memberikan kesempatan anak bereksplorasi bermacam permainan, maka akan tercipta keragaman kegiatan,
wawasan dan tentunya kreatifitas.
Demikian pula dengan melakukan beragam aktivitas lifeskill, tak menjadikan seseorang melupakan fitrah seksualitasnya. Asalkan mereka bisa memahami dengan benar identitas dirinya. "Baginda Rasulullah sendiri menjadi tauladan kita. Jika pekerjaan rumah hanya menjadi pekerjaan seorang perempuan, maka beliau tentu tak akan menjahit sendiri jubahnya yang robek."
Kalau seorang anak lelaki tidak diperkenankan untuk bermain masak masakan, apalagi mencoba memasak karena alasan bahwa memasak adalah pekerjaan perempuan, apa jadinya di kehidupan dewasa nanti. Tak ada cheff laki-laki, padahal sebuah warung makan, hotel atau restoran sangat memerlukan profesi itu. Sedangkan perempuan tidak berkewajiban mencari nafkah untuk keluarga. Lalu siapa yang akan menjadi cheffnya? Begitu pula bila seorang lelaki tak diijinkan untuk belajar menjahit. Padahal di kehidupan dewasa, banyak rumah jahit, butik dan garmen yang memerlukan profesi ini. Sedangkan perempuan tak berkewajiban mencari nafkah. Lalu siapa yang akan menjadi penjahitnya?
Di sinilah sebenarnya peran kedekatan orang tua pada rentang usia tertentu. Anak-anak akan belajar memahami siapa seorang perempuan dan siapa seorang lelaki. Apa peran dan tugas seorang perempuan dan seorang lelaki di masa mendatang, yaitu dimulai sejak Aqil baligh hingga mereka membangun sebuah rumah tangga. Jadi, lebih kepada penanaman pemahaman yang benar akan *laki-laki* dan *perempuan* secara seks dan seksualitas. Serta memahami tanggung jawab dan tugas - tugasnya yang sudah jelas Allah sampaikan dalam Al Qur'an dan hadist.
Demikian laporan game hari ini. Mohon maaf atas segala kekurangan.
#Tantangan10Hari
#Level11
#KuliahBunsayIIP
#MembangkitkanFitrahSeksualitasAnak
0 Komentar