Lamongan
Rabu, 29 Mei 2018

Jurnal Belajar Ibu Profesional BunSay Kordi Menstimulasi Anak Gemar Membaca



Alhamdulillah malam ini jemari ini menari kembali. Setelah beberapa hari menyelesaikan bacaan yang sangat menarik. Kutemukan buku ini di deretan buku milikku yang belum sempat terbaca penuh. Sudah beberapa tahun yang silam kudapatkan dari seorang teman sesama pendidik di sekolah tempat kami berbahagia dengan murid-murid yang sungguh spesial.

Entah mengapa sahabatku ini senang sekali memberikan buku bacaan yang nyentrik dan ternyata beberapa diantaranya sangat diminati oleh putra kembarku. Walaupun rasanya sedikit heroik bila kubaca judulnya. "Pemberontakan Andi Aziz" dan "Mandor Berdarah" Terakhir kali kulihat putraku membaca buku ensiklopedia Perang Dunia I dan II. Dari diskusi kecil bersamanya, kuketahui ia menaruh ketertarikan pada bahasan "strategi"

Buku yang kujadikan salah satu refrensi kali ini berjudul Living with Dyslexia. Ditulis oleh Lissa Weinstein, PH.D. dan putranya yang menyandang dyslexia bernama David. Buku ini sempat pula menarik perhatian putraku karena istilah dalam judul dan gambar covernya.

Baiklah akan kumulai untuk menyampaikan petikan pengetahuan yang kudapat dari buku ini.


Pengertian Dyslexia
Dyslexia (Disleksia) adalah gangguan pada penglihatan dan pendengaran yang disebabkan oleh kelainan syaraf pada otak sehingga anak mengalami kesulitan membaca.

Dari pengertian di atas, dapat lebih diperjelas bahwa dyslexia merupakan
1. Salah satu dari beberapa jenis kesulitan belajar. Karena ada jenis kesulitan belajar lainnya.
2. Suatu gangguan spesifik berbasis bahasa. Yaitu ketidakmampuan menyebutkan nama huruf atau bentuk kata yang disebabkan oleh kode-kode verbal yang kurang mapan.
Jadi dyslexia bukan kelemahan penglihatan-daya tangkap.
3. Yang bersifat bawaan
Dyslexia berhubungan dengan garis keturunan dan tidak bisa disembuhkan. Namun bukan berarti tidak bisa diajarkan membaca.
4. Ditandai dengan kesulitan mengartikan satu kata tunggal, menerjemahkan simbol-simbol tertulis ke dalam kata-kata yang bisa dikenali.

Proses membaca sendiri terdiri dari dua bagian. Yaitu mengartikan dan memahami.
Pembaca dyslexia yang mengalami kesulitan mendengar dan menyusun urutan bunyi-bunyi yang membentuk kata akan sulit menerjemahkan simbol-simbol tertulis ke dalam bunyi, memadukan bunyi, mengidentifikasi gabungan bunyi-bunyi itu dengan sebuah kata yang mudah diketahui.

Misal kata
''beras''
''besar''

Penyandang dyslexia akan menebak kata dari huruf pertama, kata ''beras'' dapat ditebak menjadi "besar" karena huruf pertamanya sama-sama ''b'' kemudian huruf-huruf yang ada dalam kata tersebut sama yaitu b-r-s-a-e

Penyandang dyslexia akan merasa mudah mendengar konsonan di awal kata daripada di tengah dan di akhir

Penyandang dyslexia akan merasa sulit membaca kata-kata yang tak masuk di akal. Misal kata dalam bahasa Inggris:
"zirdn't"
"dirty"
Jika penyandang dyslexia hanya mengenal huruf d-i-r, maka ia akan menyusun huruf tersebut ke dalam kata yang dikenal dengan mengabaikan urutan bunyi. "zirdn't" akan dibaca "dirty"

5. Biasanya mencerminkan kemampuan pemrosesan fonologis yang tidak memadai.

Fonem: bagian terkecil yang dapat diidentifikasi dari ujaran
Misal kata "lupa" dan "rupa" /l/ dan /r/ dalam bahasa Indonesia merupakan fonem yang berbeda identitas untuk membedakan makna.

Gangguan fonologis: Ketidakmampuan secara konsisten untuk mengeluarkan artikulasi yang benar bagi bunyi-bunyi ujaran pada usia perkembangan yang seharusnya.


Penyandang disleksia memerlukan cara khusus untuk belajar membaca. Dari pengalaman yang disampaikan oleh Lissa Weinstein bersama putranya, maka hal di bawah ini dapat membantu proses literasi membaca pada seorang anak penyandang disleksia.

Anak disleksia harus diajarkan mendengar dan memperhatikan struktur fonologis ujaran dengan saluran indera alternatif untuk memperkuat kombinasi bunyi huruf dengan citra motorik dari bunyi ujaran (rasa yang ditimbulkan suatu bunyi pada bibir dan lidah) untuk memperkuat asosiasi itu.


Untuk mengingat nama-nama huruf, dapat dilakukan beberapa upaya seperti:
1. Membuat bantal huruf
2. Teater manusia huruf
3. Lukisan huruf dari pasir dan kue
4. Label besar di dinding kamar, lemari, benda-benda
5. Menyebutkan huruf-huruf dalam judul buku
6. Kenali satu huruf, salin, cari huruf tersebut dalam tulisan
7. Sebut huruf-huruf tersebut dengan nama lain, dengan hal-hal yang mudah diingat. Misal:
Huruf vokal diasumsikan sebagai perempuan
Huruf konsonan diasumsikan sebagai laki-laki
Masing-masing huruf punya makna tersendiri. Misal o adalah perempuan gemuk yang selalu terpana. Atau i adalah perempuan kurus yang selalu tertawa
b adalah ayah yang selalu menemani ibu dikala hamil
8. Mengikutkan anak dalam program terapi wicara (terapi kegiatan untuk memperkuat otot-otot tangan agar bisa menulis huruf dengan baik)

Keberhasilan yang tampak pesat dapat dirasakan ketika penyandang disleksia diberikan upaya di bawah ini:

1. Proses membaca dipecah menjadi komponen-komponen penyusunannya untuk mengetahui pada bagian mana diperlukan pertolongan.
2. Belajar membaca dimulai dengan materi yang sudah dikuasai agar tak merasa gagal di awal.
3. Mengetahui minat anak dan belajar membaca dimulai dari huruf, kata serta kalimat sesuai bidang minat.
4. Dimulai dengan hubungan huruf-bunyi dengan progres tetap. Menggunakan penguatan multiindrawi.
5. Dilanjutkan dengan gabungan konsonan, bunyi huruf hidup, suku kata dan kata utuh.
6. Perbanyak dikte karena menulis huruf membantu mempelajari huruf itu sendiri.
7. Membaca, menulis awal, pemahaman secara serempak.
8. Menciptakan rasa aman, nyaman dan menjadi partner belajar
9. Pengulangan tugas yang mudah agar penyandang disleksia bertambah rasa percaya dirinya dan merasa pandai
10. Berikan pengalaman meraih banyak keberhasilan sebelum melanjutkan/memulai sesuatu yang baru

Mengulang bahan->dikte->gunakan kata dalam kalimat->membaca cerita->menjawab pertanyaan

Berikut cara yang lebih mudah dalam belajar membaca sesuai pengalaman pribadi David (penyandang disleksia):


I. Lihat benda yang bisa dikenali->pandang huruf-huruf yang menunjukkan nama benda->(merasakan bunyi dan tulisan berpasangan)->mengucapkan kata ketika seseorang mengucapkan->ucapan berulang sehingga bisa mendengar bunyinya
Misal:
"Microsoft"
mi-cro-so-ft

II. Membuat gambar dan tulisan sesuai minat

Gambar tangan/jiplakan->salin/beri nama di bawah gambar

Penyandang disleksia akan merasa setiap gambar adalah suatu kisah. Melalui minatnya, ia akan menulis, mengucapkan, menatapi apa yang dibuat dengan gembura. Saat itu mereka lupa akan kesulitan mereka dalam menghafal.

III.
Belajar membaca dengan membuat mainan sendiri. Memberi tulisan atau mengucapkan nama benda dalam permainannya dengan mengeja atau mengucapkan secara utuh huruf, kata maupun kalimat.

IV. Beberapa hal yang sangat mendukung keberhasilan proses belajar menulis dan membaca:
1. Selalu mempelajari sesuatu karena dengan demikian akan memberi ilham untuk menulis dan membacakan suatu kisah atau informasi
2. Mendengar cerita akan lebih memudahkan dalam membaca buku dengan konten yang sama
3. Membaca dari yang paling mudah walaupun kurang menarik
4. Belajar menulis huruf cetak kemudian huruf sambung
Mengapa perlu huruf sambung? Karena menulis dengan huruf sambung membuat seseorang tidak perlu terus menerus berhenti dan memulai kata-kata tanpa harus memikirkannya. Sehingga tak banyak huruf yang terbalik
5. Memerlukan orang tua untuk membantu belajar, mengendalikan dorongan-dorongan hati, menjembatani dunia yang dirasa sulit.

Yang perlu diingat dalam literasi membaca adalah bahwa membaca merupakan proses meenyerap kata-kata sedangkan menulis adalah proses mengeluarkan kata-kata.


Demikianlah tulisanku tentang disleksia yang banyak diinspirasi dari buku yang kubaca. Semoga bermanfaat.

Daftar referensi:

Weinstein, Lissa, PH.D, Living with Dyslexia: Pergulatan Ibu Melepaskan Putranya dari Derita Kesulitan Belajar; penerjemah, Made Satrio; penyunting, Tien Chaerani, Qanita, Bandung, 2007

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Fonologi

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Fonemik

https://bocahsastra.wordpress.com/2011/12/29/fonologi-dan-pengertian/

https://googleweblight.com/i?u=https://id.theasianparent.com/ketahui-tentang-disleksia/&hl=id-ID

https://googleweblight.com/i?u=https://hellosehat.com/parenting/tips-parenting/latihan-membantu-anak-disleksia-lancar-baca-tulis/&hl=id-ID


#DisleksiaDanKesulitanBelajar
#MenstimulasiAnakGemarMembaca
#JurnalBelajarIPBunSayKordiBatch#3