Pandemi Virus Corona tak menyurutkan niat para calon mempelai untuk menikah. Tokoku kebanjiran pesanan tas kain dan beberapa pernak pernik hantaran. Maklum saja, para pembeli kesulitan untuk mencari barang tersebut di kota besar efek locked down..
Pernikahan-pernikahan di saat pandemi digelar secara sederhana. Hanya keluarga inti yang hadir. Ditambah banjir yang melanda daerah kami, sungguh sangat sederhana jadinya.
Walaupun pesta tak digelar, namun berkat diantarkan ke rumah para tetangga. Demikian juga dengan keluarga yang sedang berduka. Tidak ada gelaran tahlilan. Namun berkat diantarkan ke tetangga sekitar. Kebanyakan berkat berupa bahan mentah seperti tepung, beras, gula, minyak goreng dan mi. Ada juga yang berisi kecap dan kue basah.
Wadah berkat biasanya berupa tas kresek. Tapi kali ini, bergeser sedikit menjadi tas kain. Mungkin untuk memberikan yang terbaik sebagai pengganti acara resepsi. Sayangnya aku kesulitan untuk memesan tas pada penjahit, karena sementara waktu beralih menjahit masker. Satu persatu relasi kuhubungi. Hingga kutemukan penjahit yang bisa memproduksi tas kain. Alhamdulillah.
Harga tas pun berubah lebih tinggi dari biasanya. Kenaikan berasal dari ongkos menjahit dan harga kain. Karena memang butuh, aku pun sepakat dengan kenaikan harganya. Di toko aku tak menaikkan harga. Yang penting sudah dapat untung, walau hanya sedikit bukan menjadi masalah. Tantangan berikutnya masih seputar banjir. Bagaimana proses pengiriman barangnya. Aku sulit keluar demikian juga sebaliknya.
Sumber: dokumentasi pribadi |
Banjir tak selalu membuat pusing. Bagi sebagian orang, banjir sangat menyenangkan. Ikan-ikan bebas berenang di halaman rumah, jalan raya bahkan di dalam rumah. Para petambak cukup mengikhlaskan ikan-ikan untuk para pemancing. InsyaaAllah barokah. Hehe
#day24
#tantangan30hari
#kelaskepompong
#bundacekatanbatch1
#buncekIIP
#institutibuprofesional
0 Komentar