Lamongan, 16 Februari 2021

Luar biasa serunya rangkaian virtual conference HC pekan pertama. Sebagai partisipan, yang pertama kulakukan adalah mengecek semua jadwal confrenc yang ada. Biasanya aku fokus pada judul materi yang akan disampaikan oleh speaker. Baru kemudian kutengok siapa speakernya. Lanjut hari, tanggal dan jam tayang serta platformnya apa. Menyesuaikan dengan kapasitas gadget tuaku, aku biasanya install uninstall beberapa aplikasi untuk dapat mengikuti virtual conference yang telah kupilih dan kumasukkan dalam keranjang jadwal pribadiku. 

Pekan ini aku akan menulis pengalamanku sebagai partisipan di dua confrenc. Yang pertama berplatform zoom dan kedua berplatform telegram. Keduanya sama menarik dan menambah pengetahuan yang memang kuperlukan untuk menunjang visi dan misi keluarga kecilku. 
Gambar: flyer promosi virtual conference


Aku mulai dengan belajar Eco Enzim bersama seorang speaker yang sering disebut mastahnya EE. Hihi.. 
Dua puluh menit pertama terjadi kendala sehingga beliau tidak bisa menampilkan video seru penelitian kecilnya tentang peran EE dalam membantu tanah untuk menguraikan senyawa-senyawa yang diperlukan bagi kesuburan. Namun di menit tersebut, kami mendengar beberapa pengalaman dari teman-teman yang sudah praktek membuat Eco Enzim di rumah masing-masing. Mendengar kendala apa yang dihadapi dan jawaban dari speaker sebagai hipotesa yang diikuti dengan pemberian solusi. Berikut sedikit ulasan tentang Eco Enzim oleh mbak Erli Octania. 

Eco Enzim adalah hasil fermentasi kulit buah dan sisa sayur. Pada tahun 2003 Doktor Rosukon Poompanvong dari Thailand mendapatkan penghargaan dari FAO atas penemuannya yang diberi nama EcoEnzym. Penemuan itu berawal dari keprihatinannya melihat banyak sampah organik yang terbuang bersamaan dengan keinginannya untuk membantu petani Thailand dalam mendapatkan hasil pertanian yang bagus dan ramah lingkungan. 
Pembusukan sampah menghasilkan efek negatif memperparah besarnya lubang ozon 21 kali lipat dibandingkan CO2. Sedangkan hasil fermentasi Ecoenzym sendiri adalah O3 atau ozon yang tentunya sangat bermanfaat bagi bumi. 

Pada tahun 2006 Doktor Rosukon membagikan ilmunya kepada publik salah satunya adalah Doktor Joean Oen di Malaysia. Pada awalnya EE ini disebut dengan garbage enzym. Kemudian disebut dengan Eco Enzym. 

Manfaat EE ada banyak. Diantaranya adalah sebagai pembersih piring, baju, lantai dan selokan. EE juga dimanfaatkan untuk memecahkan unsur-unsur di tanah agar lebih mudah untuk diserap. Sehingga EE bukanlah sebuah pupuk melainkan biocatalis. Selain itu, EE juga bisa digunakan sebagai pemurni air. Nah point' terakhir ini membuat ideku muncul untuk memurnikan air di belakang kampungku. Dulunya empang di situ airnya jernih dan bisa digunakan untuk mandi, mencuci pakaian. Tapi sekarang airnya hitam dan bau. Tidak lagi digunakan untuk keperluan rumah. Hanya digunakan sebagai tambak lele ataupun tempat membuang sampah. Oh no..

Untuk bisa mendapatkan EE, maka diperlukan sampah organik dalam hal ini adalah sampah kulit atau buah yang masih segar, jangan yang busuk. Semakin bervariasi jenis buah dan sayurnya maka semakin dahsyat EE yang bisa dipanen. Perbandingan Gula tebu, sampah organik dan airnya adalah 1:3:10.
Proses fermentasi dilakukan selama tiga bulan. Speaker menjelaskan tentang cara menggunakan EE.

1. Untuk mengepel lantai, gunakan 5,6lt ditambah 2 atau 3 tutup botol EE.

2. Untuk mencuci piring, gunakan EE:lerak:air dengan perbandingan 2:1:1
Atau bisa juga menggunakan EE, sabun dan air dengan perbandingan 2:1:1 

3. Untuk mencuci baju, gunakan deterjen dan EE dengan perbandingan 1:2
Untuk mencuci baju menggunakan mesin cuci dengan kapasitas 8lt,
Isi baju setengah mesin, tambahkan air 18 lt, 3 Sendok takar soda kue, tambahkan 6 EE. 
Air cucian tersebut bisa digunakan untuk menyiram tanaman. 

4. Untuk membersihkan luka, gunakan EE, air bersih dengan perbandingan 1:400

5. Untuk memurnikan air, langsung tuang EE ke dalam air yang akan dimurnikan. 
Pengalaman yang pernah ada adalah memurnikan saluran yang sangat kotor, airnya hitam dan berbau. Dalam waktu satu hingga tiga bulan, 600ml EE di masukkan ke dalam sekolah. Sebulan pertama dilakukan setiap pekan, kemudian bulan berikutnya dua pekan sekali, sebulan sekali dan seterusnya sesuaikan dengan keperluan. 

Catatan dari speaker bahwa kulit manggis, alpukat menyebabkan EE akan tetap bening. Sedangkan kulit jeruk, semangka, pisang akan menghasilkan endapan yang halus. Gunakan bagian yang beningnya saja. Ampasnya dapat digunakan untuk melancarkan saluran tersumbat, minyak-minyak yang ada akan larut bersama EE. 

Speaker juga menyampaikan cara membuat EE dengan wadah ember ukiran 8lt:
1. Larutkan 5lt air dengan setengah kilogram gula tebu
2. Masukkan larutan pertama ke dalam satu setengah bahan organik 
3. Tunggu fermentasi hingga 3bulan lalu siap dipanen
Dalam satu bulan pertama, buka tutup ember selama 5detik dalam sehari agar gas hasil fermentasi bisa keluar. Jika tidak, maka gas ini akan memberikan tekanan pada ember yang akan mengakibatkan ember pecah bahkan meledak. 

Catatan:
Molase: air tebu yang kental
Molase kering: gula merah dari tebu

Virtual conference yang baru kuikuti kemarin adalah cara membuat pondok tahfidz gratis tanpa modal, alias gratis. 
Platform yang digunakan adalah telegram. Materinya menarik dan cukup membuat orang untuk segera eksekusi walau masih takut-takut berani. Persis seperti yang pernah kujalankan dulu sewaktu menjadi pendamping masyarakat. 
Menghimpun dana dari teman, kerabat dan masyarakat. Peran utama speaker dalam projek pondok tahfidznya adalah sebagai fasilitator. Menjadi konektor asatidz dan santri juga Aghnia. 

Demikian jurnalku di pekan ini. Aku gembira menjadi partisipan.. yeaaay

#Pekan2
#ZonaO
#HexagonCity
#BundaProduktif
#IbuProfesional
#IIP