Pengalaman Lomba Masak Mie Instan
Rabu, 22 Nopember 2017

Selamat berjumpa kembali dalam lomba masak antar RW di Desa Sungelebak, Nopember 2017. Lomba diadakan oleh desa bekerjasama dengan sponsor Indomie dan Adira Finance. Dari lomba ini banyak hal yang menarik untuk diingat dan dijadikan pelajaran masih terkait dengan kreatifitas. Mungkin bagi sebagian orang masak mie adalah kegiatan yang sangat mudah. Hampir setiap orang bisa melakukannya. Mulai anak-anak hingga orang tua. Tapi, bagaimana jika tantangannya memasak mie yang beda dari biasanya?

Tahun lalu saya mengikuti lomba di event yang sama. Haha.. padahal, ilmu masak sangat pas pasan. Apalagi masak mie instan. Di rumah, jarang sekali masak mie. Tujuan utama ikut lomba adalah ingin meramaikan acara. Waktu itu.. benar-benar meramaikan, alias tak dapat juara baik satu sampai tiga. Tapi, anak-anak di rumah selalu bangga karena uminya bisa ikut ambil bagian dalam acara desa. Walaupun akhirnya mereka dibully oleh teman-temannya. Karena uminya tidak menang lomba.

Dari pengalaman tahun lalu, ada beberapa hal yang jadi catatan saya untuk ikut event di hari ini:

1. Siapkan amunisi dari rumah.
(Panitia sudah menyiapkan alat dan bahan untuk lomba, jadi saya hanya membawa diri. Sedangkan peserta lain membawa ransum dari rumah)
Tahun ini saya membawa bahan tambahan dari rumah seperti: telur, cakung, panir, kulit rolade, acar, garnis, (sarangan, tutup panci untuk mengukus. Panitia hanya menyiapkan wajan. Jadi, saya membawa sarangan yang akan diletakkan di atas wajan yang berisi air sebagai ganti kukusan), pisau, gunting dan wrap plastik.

2. Masakan yang masuk kriteria adalah yang rasa bumbu mienya masih nendang
(Biasanya kalau masak mie instan, saya pakai bumbunya cuma setengah. Haha.. anak anak tidak terlalu kuat dengan bumbunya)
Tidak ingin terulang seperti tahun lalu, kini saya memperhatikan point ini. Masakan dicoba dulu di rumah. Kemudian diperiksa rasanya.

3. Kreatifitas
(Rupanya tahun lalu point kreatifitas bukan jadi point utama, justru point kedua yang utama)
🌸Waktu itu saya bikin stik mie krunchi. Stiknya dari batang sawi hijau. Favorit juri bikin martabak mie, masakan yang sudah memasyarakat walau tanpa modifikasi tapi rasanya nendang.
🌸 Tahun ini saya bikin rolade dengan modifikasi isian mie dan bagian atas mie diisi cakung (udang kecil-kecil). Cakung dibersihkan dari kepala dan dagingnya dihaluskan hingga lembut. Cakung ini banyak sekali di kampung, harganya murah. Biasanya dimasak gimbal cakung. Tapi masakan ini kurang disukai oleh anak-anak.

4. Waktu penilaian
(Tahun lalu saya memasak di episode awal, jadi pas masakan dinilai.. sudah dingin. Hmm kurang maknyuss)
Tahun ini pun ternyata sama. Saya masak rombongan pertama. Jadi pas dinilai, masakannya tidak selezat saat hangat.
Point ini terlupakan oleh saya, sehingga pemilihan menu tak mempertimbangkan tekstur saat dingin dan hangat.

5. Menu yang kekinian
Tahun ini, kriteria ini tampaknya jadi perhatian juri.
Haha.. ini malah tidak terpikir oleh saya, padahal di grup masak IIP kota, tim kami berusaha menyajikan menu yang lagi kekinian.

Menarik terkait bahasan hari ini di WAG BunSay Batch#1 MR. JatSeLa..
"Melatih Diri Untuk Berpikir Berbeda"
Out of The Box
Tiga point yang pas banget buat pengalaman lomba masak hari ini, yaitu point 1 (Berpikirlah terbalik) , 4 (Kegagalan bukanlah sesuatu yang gagal) & 6 (Bersedia untuk selalu mencoba). Namun setelah direnungi kembali, ternyata tiga point lainnya juga kena bangeet..

Akhir kata, bersyukur Alhamdulillah.. Pelajaran dan pengalaman lomba masak diberi hadiah oleh Allah sebagai juara tiga. Terimakasih buat partner lomba saya yang sudah syuper sigap dalam berjuang di dapur lomba. Selamat buat kawan kawan pemenang lomba masak (Juara 1 burger mie, juara 2 Mie mozarella ball) Mari terus bersemangat menciptakan masakan yang sehat dan berkualitas!



#PengalamanLombaMasak
#ThinkCreative
#Level9
#PostTantangan10Hari
#BunSayIIP