Game Level 10 Hari X Membangun Karakter Anak dengan Mendongeng

Sabtu, 9 Desember 2017

Alhamdulillah hari ini telah sampai di Moment 10-10-10 (Tantangan10Hari10Level10)

Siang tadi saya, Zed, Nay menonton acara TV dongeng anak Islami. Wah.. dongengnya banyak muatan ilmu dan anak-anak pun suka. Hmm.. rasanya ingin bisa bikin dongeng keren begitu. Tapi, tentu perlu banyak latihan menulis dan berpikir kreatif juga banyak membaca referensi yang mendukung. Apalah saya ini, bukan penulis dan bukan pula pujangga. Haha.. kalimat ini lagi. Untuk saat ini, bisa menulis apa adanya saja sudah Alhamdulillah..

Dongeng hari ini temanya tentang kehidupan. Saya persembahkan buat Ulwan, Faiq dan Indy. Nayief dan Zed ikut menyimak.

"Keberhasilan Tak Pernah Bohong"

Di sebuah kota hiduplah sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, ibu dan tiga orang anak. Ketiga anak itu bernama Mawar, Melati dan Jepun. Kehidupan awal mereka hingga hari itu sangat berliku. Awal pernikahan suami istri itu sangatlah indah. Mereka memulai hidup dengan bekerja keras hingga sukses menjadi pengusaha. Sifat dermawan tak lepas dari karakter yang dimiliki oleh sepasang suami istri. Setelah mereka dikaruniai anak, kehidupan ekonominya semakin mundur. Namun tak pernah mereka keluhkan karena merasa sangat bersyukur atas karunia Allah.

Cobaan pun mulai menghampiri mereka. Kesehatan sang istri mulai menurun. Tanpa berpikir panjang, semua harta yang dimiliki digunakan untuk berobat. Usahanya pun mulai goncang. Dengan penuh perjuangan akhirnya sang istri sembuh dari sakitnya. Namun kini sakit itu menghampiri sang suami. Kian hari penyakitnya kian parah hingga ajal menjemput. Tinggallah ibu dan tiga anak kecilnya di gubuk yang sangat sederhana.

Tak ada satu orang pun yang mengetahui beban hidup mereka. Karena sepeninggal suaminya, sang istri bersama ketiga anaknya tinggal di pinggiran kota yang tak digunakan untuk bermukim. Hanya digunakan untuk bertani. Tanah tempat gubuk itu dibangun mereka sewa seharga 1juta per tahun. 

Dan.. di suatu Subuh yang dingin

Ibu: Nak, ibu akan mencari pekerjaan di luar sana. Karena kita perlu mencukupi kebutuhan makan dan sekolah kalian.
Mawar: Ibu mau kerja apa?
Ibu: Apa saja nak. Membantu pekerjaan rumah tangga, atau kerja di garmen atau kalau ada warung yang mau menerima ibu sebagai pegawainya.
Melati: Ibu, biarlah aku juga menemanimu bekerja.
Ibu: Iya sementara kau urus sekolahmu. Jika ibu sudah dapat pekerjaan, kau pun bisa membantu.
Jepun: Ibu.. aku lapar.
Ibu: Bersabarlah nak. Pagi nanti kita akan mencari makanan.

Selesai sholat Subuh, sang ibu pun berangkat mencari pekerjaan. Sementara Mawar, Melati dan Jepun pergi sekolah tanpa sarapan. Mereka sudah tak punya makanan untuk dimakan. Dua pekan lagi waktunya bayar sekolah. Saat belajar, ketiga saudara ini merasa lemas, kepala pusing dan perut keroncongan. Hingga saat pulang sekolah, sang ibu telah menanti dengan wajah yang ceria. Ia pun menghidangkan satu potong ayam yang sudah tercabik-cabik. Ada tiga piring nasi di di atas tikar lusuh. Karena kelaparan, ketiga bersaudara ini langsung menyantap hidangan yang ada. Setelah merasa kenyang, barulah mereka bertanya darimana sang ibu mendapatkan makanan?
Mawar: Ibu, bagaimana hasil pencarian kerja ibu hari ini? Sukseskah?
Melati: Ibu dapat makanan darimana?
Jepun: Ibu, terimakasih.. makanan ini terasa nikmat.

Ibu pun belum menjawab namun airmatanya berurai.

Ibu: Maafkan ibu nak. Ibu belum berhasil mendapatkan pekerjaan. Makanan itu.. hukhuk.. Ibu ambil dari tempat sampah.
Mawar Melati Jepun: Astagfirullah ibu...
Mereka pun menangis sambil berpelukan.

Hari pun berganti.. Kelaparan, rumah bocor, banjir, diserang ratusan nyamuk, jalan kaki kiloan meter dilalui setiap hari. Namun semangat mereka untuk belajar dan bekerja tak pernah pudar. Sang ibu akhirnya diterima bekerja di sebuah garment. Ia juga diperbolehkan untuk membawa pulang sebagian pekerjaan untuk diselesaikan di rumah. Setiap hari hasil yang diperoleh hanya cukup untuk makan. 

Beberapa waktu kemudian, Mawar, Melati dan Jepun ikut membantu ibunya. Mereka bergantian membagi tugas. Ada yang menyelesaikan pekerjaan rumah dan ada yang membantu ibunya menyelesaikan pekerjaan garment. Walau tak berlantai dan juga tak diplester, namun rumah beralaskan tanah itu sungguh bersih dan rapi. Tak ada pakaian yang digantung. Dinding dari seng yang sudah bekas pun disulapnya menjadi dinding yang unik. Sedikit demi sedikit dari sisa uang menjahit digunakan untuk melukis dinding seng menjadi indah. Dapur mereka kini tidak lagi menggunakan bahan bakar kayu tetapi menggunakan kompor minyak tanah.

Halaman rumah yang sangat sempit dijadikan kebun sayur. Ada cabe, tomat, bayam, singkong, ketela, kemangi, terong, kunyit, laos, jahe, pandan, sere dan ada juga satu pohon jambu sebagai perindang.

Lambat laun kehidupan mereka semakin membaik. Mawar, Melati pun mendapat beasiswa pendidikan karena berprestasi di sekolah dan bukan karena miskin. Mawar lulus SMA melanjutkan kuliah desain interior sesuai dengan minat dan bakatnya. Melati lulus SMA melanjutkan kuliah jurusan pertanian. Jepun masih duduk di bangku SMP. Ia senang memasak dan menjahit, Jepun banyak belajar dari ibunya. Ia pun memulai bisnis makanan dengan menitipkan kripik buatannya di kantin sekolah. Karena kripiknya renyah, enak dan unik, maka kripik Jepun banyak dicari konsumen. Ia pun mengajak teman-temannya yang memiliki hobi sama untuk bekerjasama membesarkan bisnisnya. Begitu lulus SMP, Jepun berhasil mematenkan kripik buatannya. Perjuangan Jepun banyak mendapat bantuan dari ibu, kakak, teman dan gurunya di sekolah. Kelas dua SMA, Jepun mendapat penghargaan dari pemerintah setempat atas prestasinya sebagai pengusaha muda berbakat.

Kini keluarga ibu dan tiga orang anak itu pun banyak menginspirasi keluarga kecil lainnya. Kemiskinan dan kenestapaan tak menjadi alasan atas ketidakberhasilan seseorang. Mereka yakin bahwa Allah memberika ujian untuk meningkatkan derajat mereka dan tak ada yang bisa merubah keadaan seseorang melainkan orang itu sendiri. 

Benarlah wasiat sang ayah yang terakhir..
"Istriku dan anak-anak yang ayah cintai. Maafkan ayah karena lebih dahulu meninggalkan kalian. Ayah yakin Allah akan selalu menjaga kalian berempat. Bersabarlah, jangan pernah menyerah."
"Keberhasilan itu tak akan pernah berbohong."

U: Nah.. begitu ceritanya nak. Semoga kita selalu bersemangat untuk lebih baik ya.
WanIqIn: Insyaa Allah mi

Demikian dongeng hari ini semoga bermanfaat.

#Tantangan10Hari
#Level10
#KuliahBunSayIIP
#GrabYourImagination