Game Level 10 Hari XII Membangun Karakter Anak dengan Mendongeng

Senin, 10 Desember 2017

Kemarin sore hujan deras mengguyur dusun kami. Anak-anak menyambut dengan gembira. Halaman rumah seperti kolam renang. Selokan air yang dibuat, dijadikan areal nyebur. Nayief tak ketinggalan. Pulang ngaji, sampai tidak mengganti pakaian. Langsung nyebur. Pas magrib, Nayief sibuk memakai sarung. Berkejaran dengan azan magrib akhirnya minta bantuan umi. Alhamdulillah.. Nayief suka berpakaian yang rapi untuk sholat berjama'ah. Hari ini, umi kasih hadiah dongeng..


(Isi cerita murni hasil buah pemikiran bukan berdasarkan pengalaman pribadi seseorang)  Gambar diambil dari: https://haritsaja.wordpress.com/2010/08/04/punk-bertaubat-adakan-punkjian/

"Cukup Malu Sekali" 

Alkisah... di tengah kota yang gemerlap, berdiri sebuah masjid yang megah dengan jama'ah yang berjibun. Tentu saja berjibun. Karena masyarakatnya benar-benar sadar akan istimewanya sholat jama'ah di masjid. Zainal si anak gaul pun ikut rajin sholat di masjid. Rambutnya semir ungu, pake gatsby dibentuk jambul. Kaosnya putih dan celana jeansnya ketat, tambal sana sini, lagi ngehits gitu.

"Allahu Akbar Allahu Akbar.."
Zainal segera mengambil shaf paling pinggir di sebelah tembok. Setelah sholat sunah qobliyah Subuh, Zainal sholat Subuh berjama'ah. Saat Zainal rukuk, tiba-tiba ada sesuatu terperangkap dalam rambutnya. "Krusek krusek, Zainal pun merasa tak nyaman. Ia menundukkan kepala agar sesuatu itu terjatuh dari kepalanya. "Kreeek..." Wau.. Nggak taunya celana jeans Zainal sobek di bagian belakang. Zainal pun menghentikan sholatnya. Tengak tengok sambil menepis rambutnya. Dan.. haha, ternyata ada cicak terperangkap di rambut. Zainal merasa kesal. Ia pun lari ke kamar mandi sambil membawa sarung yang ada di rak alat sholat masjid. Setelah bersuci, Zainal kembali ke barisan sholat. Gak taunya sholat subuhnya sudah berakhir. Zainal pun akhirnya sholat munfarid (sholat sendirian).

Setelah Zainal selesai sholat, para jama'ah sudah bubar. Berjumpalah ia dengan takmir masjid. Zainal bercerita apa yang telah menimpanya. Pak Husain nama takmir masjid itu berkata, "Zainal.. Zainal.. ada ada saja kau ini. Hmm.. ini pengalaman manis dan penuh hikmah." "Manis apanya pak? Bapak ngeledek saya?" " Haha.. bukan, bukan begitu maksudnya. Bolehlah kau malu cukup sekali. Tapi dari malumu ini kau bisa belajar." "Belajar apa pak?" Zainal bertanya sambil malu dan ingin tahu.

"Rambutmu sih keren Nal, sampai cicak naksir.. hihi.. Tapi kalau sholat, rambut kerennya ditutup dulu dengan sorban atau peci. Biar gak dicium cicak." "Hihi.. bapak bisa aja.Iya, besok lagi aku sholat pakai surban ajalah. Biar seperti Rasulullah ya pak." "Nah, mantap itu Nal.."

"Kalau aku pakai surban, masak iya,  celanaku jeans gaul begini?"
"Nah, menurutmu pakai apa yang cocok?" "Pakai apa ya? Aha.. pakai gamis gimana pak? Cocok nggak ya? Gimana kata teman-temanku nanti?"

"Wah itu mah kereen.. Teman-temanmu tentu akan surprise.. kau bisa dengan bangga menunjukkan bahwa kau adalah pengikut Nabi Muhammad. Mengikuti sunahnya. Gaul siih nggak mesti jeans ketat rambut jambul. Hihi.."

"Wah.. oke deh, besok aku mau coba pak." "Emangnya kau punya gamis dan surban?" "Nggak" "Nah kalau gitu, nanti kau datang ke rumah bapak. Bapak punya jubah seukurammu. Milik bapak waktu seusiamu. Masih bapak simpan. Ternyata, itu rejekimu. Baiklah, sampai nanti ya Nal." "Terimakasih pak.."

Demikianlah Nak, setelah kejadian itu, Zainal selalu pergi ke masjid dengan pakaian yang sopan. Kadang ia pakai surban dan gamis, kadang juga ia pakai sarung dan peci. Kalaupun ia memakai celana panjang, ia memakai celana yang tidak ketat. Demikian juga atasannya. Zainal pakai kemeja yang rapi. Rambutnya disisir dengan rapi tak berlebihan. 


#Tantangan10Hari
#Level10
#KuliahBunSayIIP
#GrabYourImagination