Memahami Fitrah Seksualitas Anak
Rabu, 10 Januari 2018

Menginjak hari ke-6 presentasi kelas rasanya semakin jelas materi level 11 ini. Karena materi dipelajari berulang ulang setiap hari. Tentu saja dengan model presentasi yang bervariasi dan sangat menarik. Sehingga tanpa disadari, ilmunya langsung nyantol di otak. Hihi.. Berikut adalah review dari diskusi kelompok tiga, presentasi kelompok satu dan dua.

FITRAH SEKSUALITAS

Mulanya disampaikan tema level 11, saya langsung berpikir, apa sih yang akan dibahas dari tema ini? Maklum saja, buku FBE yang saya beli, baru dibaca separo buku. Hehe.. makanya bingung.

Apa itu fitrah seksualitas?

Menurut ustad Harry Santosa dalam buku FBE,
Seksualitas adalah bagaimana seseorang berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak sesuai dengan gendernya. Jadi, pendidikan tentang fitrah seksualitas tidaklah sama dengan pendidikan seks, namun jauh lebih luas cakupannya daripada itu.

Seks/jenis kelamin adalah Pembagian jenis kelamin laki-laki dan perempuan ditentukan secara biologis dan mempunyai sifat-sifat permanen yang tidak dapat dirubah dan ditukarkan antara keduanya (Faqih, 2001:8)

Sedangkan Gender/seksualitas menurut Mansour Fakih adalah: Pemilihan peran, fungsi, kedudukan, tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan dalam bentuk sosial yang tidak disebabkan oleh perbedaan biologis yang menyangkut kelamin (MC Donald, 1989)

Adanya perbedaan gender sering menimbulkan ketidakadilan gender, bentuknya:
1. Marginalisasi
2. Subordinasi
3. Stereotipe
4. Kekerasan (violence)
5. Beban kerja ganda (double burdon)

Dalam tulisannya, Drs Argyo Denartoto, MSi menjelaskan bahwa beban kerja ganda disebabkan oleh anggapan bahwa perempuan lebih cocok mengurusi dan bertanggung jawab atas pekerjaan domestik (menjaga kebersihan dan kerapihan rumah, memasak, mencuci bahkan memelihara anak).
Pekerjaan domestik dianggap tidak bernilai dan lebih rendah dibandingkan dengan pekerjaan laki-laki karena tidak produktif. Konsekwensi tersebut harus diterima oleh perempuan yang bekerja di satu sisi harus mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhannya, di sisi lain harus bertanggung jawab atas rumah tangganya. Hal ini menyebabkan bias gender menjadikan perempuan menanggung beban kerja yang bersifat ganda. (Faqh, 2001:12-23)

Menjadi tugas orang tua untuk membangun pemahaman yang benar pada anak tentang identitas diri. Saya laki-laki atau saya perempuan. Kegagalan orang tua adalah manakala seorang tidak bisa memahami  identitas diri dan menarik kesimpulan yang salah tentang identitasnya tersebut. 

Fitrah seksualitas keperempuanan adalah bagaimana seseorang perempuan berpikir, merasa, bertindak, bersikap, berpakaian dll sebagai seorang perempuan. 
Fitrah seksualitas kelelakian adalah bagaimana seseorang lelaki itu berpikir, merasa, bertindak, bersikap, berpakaian dll sebagai seorang lelaki.

Secara fitrah seseorang dilahirkan hanya sebagai lelaki atau sebagai perempuan, tidak ada jenis kelamin lainnya. Jika ada orang yang mengatakan bahwa homo atau lesbian atau lainnya adalah bawaan lahir, maka sesungguhnya ia telah menyimpang fitrahnya.

Mengapa begitu penting fitrah seksualitas anak dibangkitkan?

Karena fitrah seksualitas adalah hal alami yang diberikan oleh Allah dengan besaran yang sama pada setiap orang. Namun tidak nampak sama untuk setiap orang tergantung beberapa faktor yang mempengaruhi.

Fitrah seksualitas sangat penting untuk dibangkitkan dan diposisikan sesuai dengan gendernya masing-masing karena tidak ada gender yang lebih rendah atau lebih tinggi, semua memiliki tugas yang sama mulianya, yaitu mewujudkan peran keayahbundaan yang sejati sebagai pendidik peradaban.*

Adapun yang termasuk peran keayahan antara lain:
1. Penanggung jawab pendidikan.
2. Man of vission and mission
3. Sang ego dan individualitas
4. Pembangunan sistem berpikir
5. Suplier maskulinitas
6. Penegak profesionalisme
7. Konsultan pendidikan
8. The person of tega

Sedangkan yang termasuk peran kebundaan antara lain: 
1. Pelaksana harian pendidikan
2. Person of love and sincerity
3. Sang harmoni dan sinergi
4. Pemilik moralitas dan nurani
5. Supplier feminitas
6. Pembangunan hati dan rasa 
7. Berbasis pengorbanan 
8. Sang pembasuh luka 

Fitrah seksualitas yang berhasil tumbuh dengan baik/paripurna maka akan berkembang menjadi peran keayahbundaan yang sejati. Sehingga masing masing akan beradab kepada pasangan dan keturunannya.*

Fitrah seksual perlu dibangkitkan agar pencapaian masa aqil (dewasa mental, pengaruh pendidikan, berkembangnya akal, fungsi tanggungjawab) dan baligh (dewasa fisik, pengaruh nutrisi, berkembangnya nafsu, fungsi reproduksi, memiliki insting hidup dan mati) tiba secara bersamaan.

Aqil-baligh merupakan satu kesatuan yang sepenuhnya dewasa, dengan ciri matang fisik dan mental, mandiri, bertanggung jawab, siap memikul beban, dan menjadi bagian dari solusi. Maka saat masa aqil-baligh itu tiba bersamaan, diharapkan tidak ada lagi manusia dewasa dengan jiwa anak-anak.

Pencapaian yang bisa dinilai saat anak telah aqil-baligh adalah mampu berumahtangga, dan mampu merawat diri, pasangan dan keturunannya secara bertanggungjawab dan bermutu.*

Metode menumbuhkan fitrah seksualitas pada anak

Dalam konsep pendidikan berbasis fitrah, pendidikan fitrah seksualitas dilakukan secara bertahap sesuai dengan usianya.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dan indikator kesuksesan pada setiap tahap usia anak dapat dilihat pada gambar berikut ini.



Sumber gambar dan bacaan:

1. Fitrah Based Education, v3.0. Ust Harry Santosa.
2. Tulisan ust. Adriano Rusfi, Mendidik Generasi Aqil Baligh Bersama.
3. Anak Cerdas dengan Bermain, Abi M.F. Yaqien
4. seks-gender-dan-seksualitas pdf oleh Drs Argyo Denartoto, MSi  
5. Diskusi kelompok III dan presentasi kelompok I


#Tantangan10Hari
#Level11
#KuliahBunSayIIP
#MembangkitkanFitrahSeksualitasAnak