Taburan Bintang Subuh

Dokumentasi pribadi

"Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" (QS Ar Rahman:55:13) 

Suara lantunan Al Qur'an terdengar sayup dari kejauhan. Membangunkan kami yang sudah terlelap dalam beberapa jam di keheningan malam. Merilekskan tubuh dan pikiran, melemaskan otot dan meneguhkan tulang-tulang, melancarkan peredaran darah yang seharian tak bisa diukur berapa debitnya.

Kami memulai hari dengan menyambut subuh nan penuh barokah. Alunan melodi cinta kini menjadi hal yang biasa. Tang ting tung dari arah dapur meniupkan rasa lapar hingga ke dalam kamar. Jebuar jebuar gayung menyambut sejuknya air dalam bak mandi dari gentong biru berbentuk tabung. Dreeeb dreeb suara mesin cuci berputar, menjadi baking vokal paduan suara kami di setiap subuh. Sesekali terdengar suara sang bintang yang sedang menggoda saudaranya yang masih terlelap. Keramaian yang sengaja atau tidak telah dibuat menjelang subuh di rumah kami.

Bagaimana ini semua dapat terjadi? Aku pun tak tau pasti, apa karena do'a yang dikabulkan atau karena usaha yang telah dilakukan. Pastinya ini berawal dari mimpi dan harapan tulus seorang ibu.


Sumber: Pengalaman pribadi

Maklum saja, aku tersadar ketika waktu telah berputar meninggalkan bunyi yang menghentak jiwa. Saat pengumuman baru kudapat, ternyata ada banyak remidi yang harus kami jalani. Fitrah Keimanan? Ya rupanya ini hal mendasar yang harus kubenahi.  
(Usaha pertama: Membaca keadaan dan menyadari kelalaian diri)

Kuambil kaca pembesar untuk mencari serpihan fitrah keimanan yang masih berserak di penghujung malam. Kuperiksa dengan hati yang ikhlas dan penuh kepasrahan. Memohon ampun pada sang pemilik jiwa, pemilik iman dan pemilik singgasana malam. Membuka kembali lembaran hidupku yang telah tersimpan dalam jurnal yang penuh dengan goresan kisah. Berurai air mata dalam setiap serpihan. Mengapa masih tertinggal? Mengapa baru kujemput ilmunya? Mengapa mataku lama terpejam?
(Usaha kedua: Tazkiyatun nafs)

Sebelas tahun yang silam, dua malaikat kecilku dalam rumahnya yang sempit, dengan kehangatan kasih dan degupan jantung serta hembusan nafasku mulai mengukir kenangan hidupnya. Aku tak membangunkannya di waktu subuh. Hingga 8 bulan kandungan, tubuhku tak mau kompromi. Dalam perawatan dokter kandungan, aku pun dirawat di rumah sakit dengan gangguan lambung dan pengaruh hormonal bayi kembar. Makan dan minum terasa menantang. Seperti tak ada makanan dan minuman yang masuk ke dalam perut. Baru saja tiba di kerongkongan, mereka terusir keluar.

Padahal suamiku sudah bersusah payah menyediakan segalanya untukku. Badanku kurus dan perutku buncit seperti penderita busung lapar. Aku sholat dengan bantuan suami tercinta. Dengan sabar ia memapah terkadang menggendongku ke kamar mandi.
Bukan hanya itu, aku tak sanggup melihat cahaya terang di waktu pagi hingga sore. Jam tidur pun berganti. Lebih banyak terlelap di waktu subuh hingga asar. Kunikmati setiap harinya dengan mengharapkan kelahiran anak-anak shalih yang sehat dan cerdas.

Kemudian saat mereka dilahirkan, kala malam tiba mereka lebih sering terjaga dan terlelap menjelang subuh. Mandi baru dimulai pukul setengah sembilan pagi ketika anak tetanggaku mulai terlelap setelah sebelumnya mereka mandi dan berjalan-jalan keliling perumahan.

Kebiasaan tersebut berlangsung hingga usia kurang lebih dua setengah tahun. Padahal suamiku rajin mencium dan menggoda anak-anak setelah ia selesai sholat subuh dan mengaji. Namun aku sering tak membiarkan ia melakukannya. Karena kasihan melihat anakku yang baru terlelap setelah semalaman terjaga. Kasihku atau salahku?

Masuk usia tiga tahun, keadaan mulai berubah. Mereka bangun lebih pagi dan saat masuk sekolah, kami membangunkannya di waktu subuh. Tidak semudah apa yang diharapkan. Beberapa cara dilakukan. Mulai dari memberikan hadiah, membelikan jam weker, mengatur jam tidur malam, hingga mengingatkan mereka akan indahnya surga dan limpahan nikmat dari Allah. Akhirnya mereka bisa bangun subuh walaupun terkadang dengan jam weker suara panggilanku. 
(Usaha ketiga: mencoba program perbaikan dan meyiapkan kejutan indah)

Tantangan berikutnya adalah bisa bangun sebelum subuh. Bangun tepat saat azan subuh berkumandang sering membuat si kembar berlarian ke masjid agar tak tertinggal jama'ah. Sering kali mereka baru berangkat saat iqomah. Hmm..

Aku dan suami segera berdiskusi untuk mencari solusi. Kami sepakati bahwa saat abinya pulang, maka abi akan berangkat ke masjid sebelum azan. Dengan harapan si kembar akan ikut serta. Alhamdulillah berhasil.
(Usaha keempat: Tauladan)

Indy satu-satunya putri kami tak luput dari tantangan bangun subuh, sama saja ceritanya dengan si kembar. Tapi kini Alhamdulillah subuhnya sudah mulai membaik.

Untung saja anak ketiga dan keempat sangat mudah bangun subuh tanpa dibangunkan. Mereka bangun dan beraktivitas seperti: berdo'a, kadang ikut sholat Subuh karena melihat anggota keluarga yang sholat, bermain, menonton tayangan Islami dan kadang minta makan seperti layaknya bersahur.

Jika kuingat kembali saat mereka dalam kandungan, tuntutan aktivitasku begitu tinggi. Hidup jauh dengan suami dan keluarga membuat sakit dan lemah saat mengandung tak lagi terasa. Sesekali saja kurasakan tubuhku tak bertenaga. Seperti mabuk laut berbulan bulan. Biasanya saat anak-anak sudah berangkat sekolah dan aktivitas pagi telah selesai. Saat itulah tubuhku teronggok sendiri di tempat tidur. Namun itu sudah berlalu. Aku sangat bersyukur.
(Usaha kelima: Bersyukur tiada henti)

Menjalani remidi ini kami membuat komitmen untuk saling mengingatkan apabila diantara kami ada yang sedang turun. Nah itulah yang membuat subuh begitu ramai di rumah kami. Ada lima anak dan satu emak yang saling menguatkan. Tak ketinggalan seorang imam yang senantiasa menjadi penyemangat kami di seberang pulau.
 (Usaha keenam: Saling menguatkan)

Beribadah tak melulu masalah sholat dan Ubudiyah lainnya. Namun untuk urusan itu Alhamdulillah sudah sedikit tertata rapi. Anak laki-laki tertib sholat lima waktu berjamaah di masjid. Mengaji dan berinfaq sudah dikelola sendiri. Kecuali berpuasa dan sholat tahajud. Ini menjadi program kedepan kami agar menjadi suatu kebiasaan yang menyenangkan.

Kuncinya memang pengabdian dan kepasrahan kepada Allah yang Maha Mengasihi. Munumbuhkan kesadaran sebagai hamba Allah yang sedang mengembangkan peran hidup di dunia. Memberikan makna atas apa yang dilakukan dalam mengisi peran tersebut. Dan mengambil hikmah dari setiap kejadian. Karena tak ada kejadian yang kebetulan terjadi. Semua atas kehendak Allah. Dengan demikian maka kebiasaan yang baik akan mudah dibangun sebagai benteng pertahanan diri dari tantangan hidup sesuai zamannya. Semoga lima bintangku bisa bersinar terang menerangi setiap sisi gelap dalam setiap ruang yang membutuhkan sinarnya.

Tantangan berikutnya adalah membangun kesadaran beraktivitas setelah sholat subuh. Berbagai aktivitas kami coba, mulai dari membaca Al Qur'an, hafalan surat, belajar pelajaran sekolah, membaca buku yang menarik hingga olahraga. Intinya adalah melakukan aktivitas yang bermanfaat dan menyenangkan agar tak mudah terlelap lagi. Jatuh bangunlah usaha kami. Tak semulus apa yang dibayangkan dan diharapkan. Namun progressnya semakin hari semakin baik.
(Usaha ketujuh: Evaluasi dan perbaikan terus menerus)

Tahap di atas barangkali bisa disebut sebagai salah satu pijakan awal kami dalam menemukan bintang-bintang di rumah.  Untuk menemukan bintangnya, kami dibantu dengan perbekalan pandu 45 nya bunda Septi dan pak Dodik, setidaknya kami dapat belajar merancang kegiatan untuk anak. Bingkisan untuk para bintang pun kami buka dengan penuh syukur dan ikhlas.
Wow.. kami dikelilingi oleh:
Arranger, belief, commanddeliberative, emphaty, ideation, intellection, learner, positivity, dan restorative

Melalui aktivitas yang lain dan  dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan setiap anak, tentu memungkinkan kami untuk menemukan lagi kekuatan yang lain.
Sumber: Munif Chatib "Orang tuanya manusia"

Dalam hal berkomunikasi, kami juga mengadakan remidi. Utamanya adalah melatih kesabaran, berbicara dengan halus dan sopan. Kami selalu membicarakan setiap hal dalam family forum. Sambil mengasah setiap potensi diri anak-anak. Mereka dilatih berbicara menyampaikan ide, saran dan perasaan.

"Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara." (Ar Rahman:55:3-4)

Discovering Ability
Kami bersyukur tidak pernah melarang mereka mencoba sesuatu yang baru walau kadang aktivitasnya sedikit ekstrim. Misalkan saja saat kecil Ulwan dan Faiq senang sekali bermain gunting. Kami tidak melarang, namun memilih untuk mendampingi. Usia tiga tahun mereka sudah pandai menggunting kertas sesuai dengan polanya. Naik turun meja, kursi dan jendela. Keluar masuk kolong kursi dan meja sambil membawa stik untuk menggiring bola. Syukurnya jika ada tamu atau sedang bertandang ke rumah orang mereka tak melakukan hal itu.

Berbagai aktivitas dapur mereka coba lakukan di usianya yang masih kecil. Menggoreng, merebus, memotong sayur dan lauk pauk, mengulek bumbu, mencuci dan menata piring serta perabot. Semuanya sukses mereka coba hingga akhirnya menjadi kegemaran.


Kini mereka mulai tumbuh sesuai dengan keunikannya. Kami saling memahami satu dengan yang lain.

1. Ulwan: (kelas VI MI) Bintang kami ini empatinya sangat tinggi dan sedikit religius, tidak suka tampil di depan umum namun pandai menyusun dan merencanakan sesuatu. Suatu hari kami bercerita,
Ul: "Umi, di sekolah tadi kami bermain peran. Seandainya aku menjadi. Begitu temanya"
U: "Oh.. bagus. Lalu?"
Ul: "Dek Iq jadi presiden, Iqbal jadi pengacara, Nailul jadi ustad, Firu jadi desainer, mas Hata jadi pelawak. Hihi"
U: "Terus Abang Ulwan jadi apa?"
Ul: "Nggak jadi apa-apa"
U: "Loh kenapa?"
Ul: "Wan yang milihin peran buat teman-teman sekelas sesuai dengan kecocokannya dan membuatkan ceritanya.
U: "Oh.. keren juga tugasnya Ulwan ya. Seperti sutradara gitu. Hehe"
Ul: "Hehe biasa aja lagi mi"

Demikian juga saat teman-temannya sibuk berlatih sepakbola untuk pertandingan, saya lihat Ulwan pun sibuk berlatih di rumah dan menonton acara bola di tv dan youtube. Tapi ternyata ia tak ikut bertanding. Saya pun bertanya kenapa. Kuatir kalau ia sedang kecewa karena tidak terpilih. Ia malah menjawab dengan wajah berseri, "Alhamdulillah menang mi teamnya. Wan yang bagiin posisi teman-teman. Siapa yang jadi penyerang, pertahanan dan lain-lain." "Owh begitu.." saya pun tersenyum. Bintangku ini tak hanya bersinar di rumah, ia pun bersinar di sekolah dengan beberapa prestasi.

2. Faiq (kelas VI MI) si kembar bungsu ini sangat menyukai kegiatan kepemimpinan, banyak ide dan pemberani. Rasa percaya dirinya tinggi sehingga membawanya berprestasi di beberapa bidang. Aktivitas yang sering dilakukan di rumah adalah mengomando saudara-saudaranya untuk melakukan sesuatu. Ia pun sangat gemar mempelajari hal baru, senang berfikir kritis dan analitis. Hobinya adalah membaca buku. Jika diceritakan, akan banyak sekali cerita menarik tentangnya.

3. Indy (kelas IV MI) adalah seorang putri kecil yang penuh kasih sayang, perhatian, gemar menyenangkan orang lain. Sering saat aku menyetir kendaraan dan seisi mobil terlelap, Indy menata tidur adiknya tanpa pernah dikomando. Meletakkan kepala Zed dan Nay di bahu atau pangkuannya. Menutupi adik-adiknya dari sinar matahari yang masuk ke dalam mobil. Ia pandai membaca rona wajah dan gestur tubuh seseorang dan sigap memberi bantuan pada orang lain.

Cita-citanya ingin menjadi dokter dan guru. Suatu hari ia bercerita bahwa ia menjadi perwakilan kelas untuk mengikuti pelatihan dokter cilik. Pelajaran hari itu adalah tentang kebersihan kamar mandi, cara menggosok gigi dan mencuci tangan. Indy pun menyampaikan apa yang telah ia pelajari pada keempat saudaranya. Indy si bintang feminim kami bisa mengajarkan Zed cara menyikat gigi yang benar dan melakukan aktivitas menggosok gigi pada waktu yang dianjurkan. Ia mampu memberi penjelasan pada Nayief yang bertanya seputar kegiatan menyikat gigi dengan benar dan menyenangkan.

4. Nayief (kelas 1 MI) putra kecil kami ini tergolong anak yang teliti dan empatinya tinggi. Ia senang sekali memperhatikan sesuatu secara detail dan hingga tuntas. Sekarang usianya 6 tahun 3 bulan. Gurunya pernah menyampaikan informasi tentang Nayief kepada si abang.
G: "Bang, adiknya setiap hari senang sekali bolak balik izin ke kamar mandi."
F: "Oh iya Bu. Maafkan adik saya."
G: "Kalau izin lama sekali kembalinya. Adiknya senang berdiri di depan kelas (di luar kelas) sambil memperhatikan sesuatu. Coba dikasih tau supaya anteng di kelas ya bang. Adiknya pinter bang. Cepat mengerti apa yang diajarkan. Gayanya itu yang lucu, melongo sambil memperhatikan guru."
F: "Baik Bu. Akan saya sampaikan. Terimakasih."

Tiba di rumah, Faiq menyampaikan apa yang diucapkan gurunya kepada saya. Di saat yang santai saya bertanya kepada Nayief. Dengan serunya Nayief bercerita secara detail tentang apa yang ia lihat di luar kelas. Ada ibu-ibu yang mengantar anaknya ke sekolah, memakai baju warna hijau, jilbabnya besar, hidungnya mancung, kulitnya putih dan badannya gemuk. Anaknya menangis karena ingin membeli pentol tapi tidak diizinkan. Hingga akhirnya sang ibu memarahi anaknya. Anaknya tetap menangis dan akhirnya dibelikan pentol.
Nayief berkata, "kenapa gak dari tadi dibeliin kan gak nangis banyak banyak ya mi." Tapi mungkin ibunya buru-buru atau mungkin gak boleh beli pentol sembarangan ya mi." Demikian berikutnya, setiap hari ada saja yang ia perhatikan dan ceritakan padaku. Nayief sang bintang pemerhati.

5. Yazed (3 tahun 3 bulan) si bungsu ini sejak kecil sangat suka bertanya tentang Allah dan RasulNya. Ia juga senang sekali bercerita, mengamati alam dan menirukan suara sesuatu dengan tepat. Saat ini Zed sedang menyukai permainan peran. Zed mengisi waktunya dengan bermain balapan mobil, dagang-dagangan, membangun jalan dan gedung, menjadi masinis kereta api, polisi dan profesi lainnya. Zed juga senang melipat kertas dan menggunting.

Di atas adalah gambaran singkat tentang lima bintang di rumah kami. Semua anak adalah bintang. Kami memantapkan diri untuk selalu menekan tombol ON para bintang.


Saat akan menyelesaikan penulisan ini, kami sedang melaksanakan satu projek kecil yang sudah beberapa tahun lalu dimulai. Berlatar belakang kehidupan desa dengan SDA tambak dan lahan yang luas, banjir di musim penghujan dan kekeringan di musim kemarau. Kami mencoba memperbaiki halaman rumah yang begitu tandus tak terawat.

Maklum saja, rumah yang kami tempati dulunya adalah rumah tua. Dengan timbunan bebatuan dan puing-puing yang cukup banyak. Langkah pertama waktu itu adalah memindahkan bebatuan besar ke samping rumah untuk ditata. Kemudian menutup halaman dengan pasir. Alasannya agar di waktu hujan, tanah tidak berlumpur. Walaupun di musim kemarau terasa amat panas dan berdebu.

Saat itu pula kami mulai menanam pohon pohon yang berdaun rindang. Dengan bantuan pompa air, kami menyiram halaman menggunakan air selokan/empang. Walaupun baunya lumayan tak sedap. Selain menyiram, Ulwan, Faiq dan Indy rajin membuat lubang untuk menanam dedaunan kering.

Kini tanah halaman tak lagi tandus. Pasirnya telah menyatu dengan tanah dan membuat halaman tidak becek di waktu hujan dan tak lagi retak-retak di waktu kemarau. Semua hasil pertolongan Allah dan kado indah dari kerja keras para bintang yang telah merawat kebunnya .

Waktu berputar cepat dengan melodi yang indah. Kami semakin giat menanam berbagai macam tanaman. Seringkali mengalami kegagalan namun tak menyurutkan semangat untuk menyuburkan dan menghijaukan halaman.
Ini adalah pengalaman gratis bagi para bintang. Mereka menanam sayur bayam, sawi hijau, cabe dan tomat. Hasil panennya dipersilahkan untuk para tetangga. Walaupun tak banyak yang memanfaatkan karena ternyata orang di kampung kami tidak terlalu suka sayur.

Kali ini kami fokus memanfaatkan limbah plastik, ember dan ban bekas untuk menghias kebun. Indy yang suka melukis, langsung mengeluarkan jurusnya untuk menghias ember bekas. Abang dan adik tak mau ketinggalan. Mereka pun ikut serta. Ban bekas ditata sebagai tempat duduk dan bermain ditanam setengahnya di dalam tanah. Selanjutnya Abang ulwan dan Faiq menyiapkan botol dan gelas bekas Aqua untuk tanaman hidroponik. Benih sudah disiapkan. Semoga bulan depan sudah mulai tumbuh dan bisa ditanam.

Dokumentasi pribadi

Dokumentasi pribadi

Saat abinya datang, si kembar belajar perpipaan. Eksekusinya dengan langsung memperbaiki saluran drainase rumah atas arahan dari sang Abi. Mereka kelihatan antusias dan sangat berbinar.
Alhamdulillah..

Dokumentasi pribadi


Sumber:

Chatib Munif, 2013. Orangtuanya Manusia: Melejitkan Potensi dan Kecerdasan dengan Menghargai Fitrah Setiap Anak. Bandung: Kaifa PT Mizan Pustaka

Edy Ayah, 2015. Rahasia Ayah Edy Memetakan Potensi Unggul Anak. Jakarta: Noura Books Mizan Grup

Maryanto Dodik dan Septi Peni Wulandari, Ebook Pandu 45 Panduan Melihat Potensi Kekuatan Anak Melalui Ragam Aktivitas. 

Santosa Harry, 2016. Fitrah Based Education Mengembalikan Pendidikan Sejati selaras Fitrah, Misi Hidup dan Tujuan Hidup. Bekasi: Yayasan Cahaya Mutiara Timur

Pengalaman pribadi


#BunSayLeaderBatch3
#level7
#SemuaAnakAdalahBintang
#InstitutIbuProfesional